Page 67 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
        P. 67
     Antologi Cevpen Rernaja
       kehidupan sekitarku saat ini dengan suasana di rumah ibu.
       Terlihat pula orang-orang mengais rezeki demi sesuap nasi
       dengan rela  membakar punggungnya hanya untuk mengait
       beberapa barang \'ang sekiranya masih pantas dijual.
              " Aku turun di sini saja, San," pintaku pada Ikhsan.
              "lya, ku tabu pasti kamu akan menunggu ibumu di
              seberang jalan ini, kan?         Salamku untuk ibumu.
              Wan."
              "Nnnngggeng.. .mmggemig..
              Inova silver F 4121KJ itu telah meluncur di atas area aspal.
       Melewati gedung-gedung  pencakar  langit,  meninggalkan
       bayanganku dalam sekilas waktu.
              Siang ini  matahari bersinar mencerahkan langit biru.
       Seperti siang-siang sebelumiaya kendaraan tampak berlalu lalang
       melintasi pinggiran Jalan Pahlawan. Di seberang tampak pejalan
       kaki melewati penjual poster yang menggelar dagangarmya di
       trotoar. Seorang pedagang asongan koran menyeberang untuk
       menawarkan koleksi koran terbaru mereka. Segalanya begitu
       mambuatku kagum dalam  mengingat kegigihan  semangat
       mereka demi suatu keberhasilan. Ku terduduk dengan tidak ada
       yang menemani seorang pun. Hanya menunggu ibu  dan
       berteduh dalam perlindungan sayap-sayap putihku yang ku
       pikir dapat memberiku sedikit keteduhan dari seiigatiaya panas.
       Sampai ketika  ku  dengar langkah  gontai  yang  terngiang
       ditelingaku.
              "Kau sudah datang. Wan?"
              Wanita berpakaian kaos oblong dan celana batik lengkap
       ditemani sandal jepit serta sebuah handuk kecil melingkar di
       60
     	
