Page 85 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 85

Antologi Cerpen Remaja


     kita baik-baik. Itu satu-satunya warisan dari kakek buyut kamu.
     Bapak percaya kamu bisa. Jaga diri baik-baik sepeninggai Bapak
     nanti."
             "Pak, Bapak tidak boleh berbicara seperti itu. Jaka yakin
     Bapak pasti sembuh. Dan soal tempat industri kita itu, Bapak
     tidak perlu khawatir, Jaka berjanji akan mempertahankannya.
     Bagi Jaka, industri kita itu tidak sekadar sarana untuk memenuhi
     kebutuhan hidup, tetapi juga industri h'adisional rakyat yang
     perlu dilestarikan."
             Bapak  tersenyum  mendengar  perkataanku. Entah
     kenapa, malam ini bapak terlihat sangat segar, seperti sudah
     benar-benar sembuh.  Kemudian, mata bapak terpejam. Aku
     membiarkamiya beristirahat. Namun, bunyi alat penunjuk detak
     jantung membuatku terkejut. Garis di layar monitor itu berubah
     menjadi garis lurus.
             Aku berteriak dan melesat menemui dokter. Perasaanku
     tak  menentu ketika  dokter berusaha  mengembalikan detak
     jantung bapak. Dan air mataku menderas saat dokter itu keluar
     dengan raut muka sedih. Dengan sisa-sisa kesadaran, aku hanya
     bisa  memeluk dan mengecup kening bapak untuk terakhir
     kalinya.
             Tuhan, kenapa secepat ini Kau mengambil bapak dari
     sisiku? Kenapa tidak Kau berikan sedikit saja waktu untukku
     agar aku bisa membahagiakan bapak meski hanya sekali dalam
      hidup iiii?  Kenapa kebahagiaan itu  hanya bisa  kurasakan
     sekejap? Tak sudikah ia hinggap di kehidupanku meski haiiya di
      pucuk-pucuknya? Tuhan, aku hanya ingin Kau menjaga bapak di
     sisi-Mu dan Kau dampingkan bapak di samping ibu yang


     78
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90