Page 87 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 87

Antologi Cerpen Remaja


     dingin dan niereka bersedia membantuku. Ditemani suara gaduh
     bumh bangunan yang sibuk membuat pondasi pombensin, kami
     berdiskusi,  menyusun  rencana  untuk  menghentikan
     pembangunan itu.  Setiap  ketuk  suara  palu  mengobarkan
     semangatdi da da.






             Gaduh orang-orang kepercayaan pengusaha itu dibantu
     beberapa perangkat desa menyingkirkan barang-barang yang
     ada  di  industri "Sembada" dengan  kasar.  Mereka
      menggusurnya. Mereka mengatakan bahwa industri "Sembada"
     dibangun di atas tanah milik pemerintah desa. Aku merasakan
     hal yang sangat janggal telah teijadi. Pak Lurah datang dan
      menjelaskan kepadaku bahwa kakek buyutku, kakekku, dan
      bapakku hanya menyewa tanah itu. Menyewa? Selama ini aku
     tak pernah memperoleh penjelasan dari bapakku mengenai hal
     itu. Yang kutahu tanah itu beserta industri tempa besi yang
      didirikan  di  atasnya  adalah  milik  kakek  buyutku  yang
      diwariskan  ke  kakekku, lalu  kakekku  mewariskannya  ke
      bapakku. Mendengar itu aku segera pulang mengambil surat
      kepemilikan tanah yang tersimpan di dalam almari. Kemudian
      kutunjukkan surat itu kepada Pak Lurah.
             "Surat kepemilikan itu tidak kuat dan tidak sah. Surat itu
      hanya dikeluarkan oleh desa. Bukti kepemilikan yang kuat
      adalah sertifikat ini yang dikeluarkan oleh badan pertanahan!"
      kata Pak Lurah sambil menunjukkan sertifikat tanah kepadaku.
      Aku tak bisa berbuat apa-apa. Inilah mungkin kesalahan kakek


      80
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92