Page 86 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 86

mendahuluinya linia tahun yang lalu. Berikanlah bapak dan ibu
           kedamaian dalam lidur panjangnya, Tuhan...
                   Aku masih saja bersimpuh di sisi peraduan bapak seolah
           ingin menemaninya dalam kesendirian itu. Tapi, seperti janjiku
           kepada bapak, aku harus menjaga industri ''Sembada". Aku

           tidak boleh membiarkan pom bensin itu merengguhiya. Industri
           itulah satu-satunya sumber penghasilanku juga bagi dua puluh
           lima pekerjanya untuk bertahan hidup sekarang. Sepuluh di
           antaranya masih dalamusia remaja, sepertiku.






                  Siang terik tak lagi kurasa menyengat. Ini pertengahan
           musim kemarau. Hujan dedaun membuat jejalan semakin bising
           oleh kemerisik daun kering yang terlindas. Layaknya dedaun
           itulah aku. Kering, layu, dan jatuh. Dicampakkan begitu saja.
           Kupungut satu  daun itu.  Kuremas-remas hingga daun itu
           menyerpih. Akankah aku membiarkan diriku seperti serpih daun
           itu? Yang tak bisa lagi menjadi sebuah daun yang utuh? Yang
           hanya bisa  menurut ke mana hembus angin membawanya
           hingga akhirnya tergeletak di tanah? Tidak. Meski aku adalah
           serpihan daun kering, aku ingin angin menerbangkanku menuju
           langit luas nan biru. Hingga langit malam membawaku dalam
           sunyi yang mengajakku untuk merenungkan kehidupan dan
           merencanakan jalan kehidupan yang bahagia.
                   Esok paginya, aku mengumpulkan teman-teman pekerja
           pandai besi untuk membicarakan langkah yang harus ditempuh.
           Syukurlah teman-teman bisa menanggapi hal itu dengan kepala


           Sepercik Dan/ai hunga Apt Kehidupan.... (Swannda I'yaskycsti, SMAN 7 Pui^vorcjo)   79
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91