Page 43 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 43

Telapak  tangan itu dingin  dan kurus. Lelaki itu

            mengerjapkan  matanya,  menahan  rasa  panas  yang  mulai
            menyengat bola matanya.

                    “Kau pernah dengar tentang telaga sakti?” tanyanya.

                    Lolotabang menggeleng. Ia melayangkan pandang ke arah
            lain.


                    “Telaga itu berada tak jauh dari sini. Kata pelayan pribadiku,
            jika mandi di sana, orang yang sakit akan menjadi sembuh, orang
            yang pikirannya kusut akan merasa tenteram.”

                    Wanita yang diajaknya bicara hanya mematung. Pikirannya
            sedang terbang entah di langit sebelah mana.

                    “Bagaimana  kalau  kau pergi ke telaga itu?  Barangkali
            setelah  mandi di telaga  itu  kau  akan  kembali  sehat dan  cantik
            seperti dulu sehingga pernikahan kita dapat segera dilangsungkan,”
            bujuk Tuan bangsawan.


                    Lolotabang  tidak  bereaksi. Tuan  Bangsawan menahan
            napas. Cemas.

                    Tanpa disadarinya, tiba-tiba secercah sinar berpendar di
            kedua mata  Lolotabang.  Mendadak wanita  itu  memandangnya
            sambil mengulas senyum tipis. Tuan Bangsawan merasa bingung
            dengan perubahan sikap calon istrinya itu.


                    “Tentu  saja  aku  mau,”  sahut  Lolotabang  dengan  suara
            lembut.

                    Tuan Bangsawan menghembuskan napas lega.


                                         37
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48