Page 59 - 2012 STL CTL Berpikir Kritis
P. 59
56
konsep, prinsip, hukum, dan teori berikutnya. Di samping itu, pengembangan
sains dapat juga terjadi karena revolusi, yaitu paradigm terdahulu tidak dapat
memberikan penjelasan yang memadai. Selanjutnya paradigm lama ditumbangkan
oleh paradigm berikutnya dan terjadilah scientific revolusions (Fund, 1981: 312).
Mmenurut beberapa ahli, batasan pendidikan sains dapat diproyeksikan
dengan kurikulum sebagai perangkat pendidikan atau dikaitkan dengan
pencapaian peserta didik dalam mempelajari sains.
Kirkham (Wellington, 1989: 136) lebih banyak menekankan sains dalam
kurikulum pendidikan, hendaknya sains merupakan akumulasi dari content,
proses, dan context. Content menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fakta-
fakta, definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan terminology. Prosess berkaitan
dengan keterampilan untuk memperoleh atau menemukan konsep, prinsip, hukum,
dan teori tersebut. Context meliputi tiga elemen, yaitu berkaitan dengan individu,
masyarakat, dan keseluruhan pengalaman sekolah (kurikulum).
Context yang berkaitan dengan individu, siswa terlibat di dalamnya, hal-hal
yang dipelajari siswa dalam sains dapat bernilai dan bermanfaat dalam
kehidupannya, serta mengkonstruksi informasi yang diperolehnya. Context dalam
kaitannya dengan masyarakat, dalam pengajaran sains hendaknya memperhatikan
pengaruh sains dan teknologi terhadap masyarakat umum. Sains tidak hanya
diterima sebagai aktivitas laboratorium yang tidak berhubungan dengan isu-isu di
masyarakat dan nilai kemanusiaan. Sains hendaknya dapat memberikan solusi
disamping penjelasan alam terhadap masalah yang sehari-hari dihadapi
masyarakat.
Context berkaitan dengan kurikulum, bahwa terjadinya belajar pada peserta
didik merupakan factor terpenting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran

