Page 136 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 136
yang berwenang mengelolanya adalah Lembaga KAN bekerja
sama dengan Lembaga Pemerintahan Nagari
3. Ulayat Suku
Disamping Harta Ulayat Rajo dan Harta Ulayat Nagari
adapula Harta Ulayat Suku yang terpisah dari Harta Ulayat
Nagari dan kepemilikannya adalah untuk suku tertentu
sebagai Harta Komunal milik bersama. Ini merupakan lahan
cadangan untuk kepentingan warga Suku. Barang siapa
menginginkan untuk usaha pertanian atau peternakan boleh
mengajukan permohonan kepada Panghulunya. Sesuai dengan
peruntukannya. Dia boleh menggarap namun berstatus Hak
Pakai, bukan Hak Milik. Pemiliknya adalah suku atau kaum di
bawah kepemimpinan Ninik Mamaknya. Bagi keluarga
penggarap bisa menguasai secara turun-temurun menurut
garis keibuan. Penguasaan ini lazim disebut “ganggam
bauntuak” yang menjadi Harta Pusaka Tinggi.
B. SEKITAR HARTA PUSAKA TINGGI (HPT)
Pada awalnya luas tanah melimpah, sebab bumi ini
dipenuhi oleh hutan. Belantara itulah yang dirambah menjadi
sawah ladang. Lama kelamaan hutan menjadi susut, sementara
populasi penduduk berkembang pesat. Akhirnya disatu saat
nanti manusia akan mati kelaparan. Demikian pendapat
seorang pemikir bangsa Inggris bernama Robert Malthus.
Beliau dikenal dengan teorinya: Pertambahan penduduk
menurut deret ukur, perluasan lahan menurut deret tambah.
Maksud deret ukur bila dilukiskan dengan angka sebagai
berikut: 1, 2, 4, 8, 16, 32 dan seterusnya.
Sedangkan perluasan lahan pertanian begitu lambat seperti
deret tambah, yang bila dilambangkan dengan angka adalah: 1,
2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya.
Menyingkap Wajah 107
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya