Page 274 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 274
sambil merokok. Kawannya si Lembut berpikir sambil
termangu. Meniru kedua kawannya beli koran. Mau diapakan
surat kabar ini? Bingung! Sembari meremas-remas koran, dia
baca dari hedlen sampai iklan di belakang semuanya tuntas
dibaca. Sudah jam 10 mata mengantuk, lalu dibentang koran
tidur sampai pagi. Dalam Perjalanan ke Tanah Abang naik bus
Matraman, si BA menyesal telah menyalahgunakan “gigitan
kepala semut”. Maaf Bundo keadaan darurat.
G. OVER DOSIS
Seorang “anak padang” bernama Buyung merantau ke
Jakarta. Dengan sisa ongkos dari kampung, dia belikan
beberapa bungkus rokok, lalu dagang asongan. Berkat
berhemat cukup sarapan pagi yang sering absen, sekarang dia
duduk di pasar pagi jualan alat-alat dapur murahan. Sumbu
kompor, saringan teh, tutup gelas, kain pel, sarbet dan berjenis
keperluan ibuk-ibuk.
Alhamdulillah, keadaan mulai berubah. Makan ke Warteg,
kadang-kadang nasi ramas ke lapau Ajo. Karena lincah, cekatan
dan nyinyir, Buyung diajak teman sekampung membantu di
kaki 5. Tiga bulan dagang obral dia tidak mau lagi di gaji, tapi
mintak prosentase dari barang yang ia lakukan. Boss sepakat
Bagus juga supaya Buyung rajin bersorak. Memang lumayan,
banyak laris. Sekarang Buyung mulai agak bertingkah. Boss
belum sarapan beliau ngacir duluan makan. Uang jual beli
dikantongi sendiri. Sore baru disetor, akur tidak kurang.
Buyung jujur. Yang parahnya, anak buah berani menyuruh Boss
membungkus barang belanjaan orang. Diikuti saja tapi hati
mulai mendongkol. Bak kata orang awak angek tadah dari
cangkia. Parah!
Menyingkap Wajah 245
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya