Page 275 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 275
Dua bulan kemudian Buyung mintak dagang sendiri atas
nama amanah. Tiga hari sekali barang dihitung. Yang laku
distor barang kurang ditambah. Nah! Pemintaan terakhir ini di
tolak Induk semang. “Maaf, Yung ambo keberatan sampai di
sini hubungan kita”. Buyung di PHK dengan ala kadar
pesangon. Ternyata perangai beliau salah dalam mengamalkan
motto hidup “kepala semut” over dosis. Sekarang Buyung
menganggur ada yang mengajak kerja di warung kopi, dia tak
mau. “Antilah makan gaji, biar miskin asal jangan diperintah
orang, katanya mengamalkan fatwa Mamak”.
Kebetulan baru-baru ini ada lowong untuk bermain
sinetron sebagai figuran. Langsung Buyung tertarik. “Ini
kesempatan terkenal jadi bintang film” katanya dalam hati. Ada
Sutradara mencari 10 pemain untuk figuran. Perannya sebagai
anggota demonstran ke rumah, seorang rentenir. Ceritanya :
Orang kampung sudah muak tiap hari ditagih dekolektor
sambil mengancam-ancam. Itu ulah serakah penghisap darah
rakyat. Bersama dua orang teman Buyung mendaftarkan diri.
Mereka di test langsung diterima. Bukan main bangganya
Buyung. Dia beri kabar ke kampung, nanti jangan lupa nonton
sinetron. “Awak sato ciek” katanya.
Pagi itu semua sudah di lokasi. Sebelum syuting assisten
sutradara memberikan pengarahan begini: Setelah aba-aba
Action.! semua datang bergegas sambil berteriak memaki-
maki. Dengan beringas mengacung-acungkan tinju. Ada yg
memukul-mukul pagar rumah, tapi tidak boleh merusak.
Selanjutnya kameramen peringatkan “Tidak boleh melihat ke
kamera, harus fokus ke objek serangan”. Nanti kalau preman
keluar rumah menantang demonstran hendaklah melawan.
Saat itu polisi akan: datang mengamankan situasi.
246
Yus Dt. Parpatih