Page 270 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 270
gemar memelihara anjing pemburu dan itu sudah berlaku
sejak lama. Tidak heran kalau setiap pagi dan sore hari
kelihatan orang menggiring beberapa ekor anjing sehat dan
terawat baik. Hewan itu dipelihara khusus untuk berburu babi
yang di lakukan secara bersama-sama. Bagi pendatang dari
luar pemandangan ini sangat aneh dan kontras dengan
masyarakatnya yang Islami, sebab di banyak daerah lain
menganggap anjing sebagai binatang haram yang menjijikan.
Pernah dengar sindiran sinis bahwa Sumbar adalah daerah
“seribu masjid sejuta anjing”.
Apapun kata orang, sebagian masyarakat Minangkabau tak
perduli dengan semua itu sebab berburu babi bukan untuk
memakan daging buruan, hanya dengan tujuan mengambil
manfaat bagi masyarakat penduduk. Sekarang buru babi
termasuk cabang olahraga dengan organisasinya bernama
PORBI. Secara berjenjang organisasi ini mempunyai perangkat
yang di pimpin seorang bergelar Muncak Buru. Mereka
menyelenggarakan ajang perburuan secara berkala, biasanya
pada hari Minggu. Dilihat dari misinya jelas kalau kegiatan ini
bertujuan hanya untuk olahraga, bukan upaya membasmi
hama musuh tani. Andai kata di satu saat nanti babi hutan
punah di Sumbar pasti akan ada usaha mengimpornya buat
dikembangkan di areal pertanian untuk di buru.
Berburu babi menjadi hobby bagi beberapa kalangan
sehingga ia merupakan kebutuhan pribadi. Bagi mereka yang
berkantong tebal, 100 gram emas untuk seekor anjing super
bukanlah harga yang mahal. Mereka naik mobil khusus, punya
joki, berpakaian sport dengan atribut lagaknya koboi dari
Texas. Di posko perburuan bernama Paunan tersedia ragam
makanan tak kalah menu restoran di kota-kota. Zona
Menyingkap Wajah 241
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya