Page 267 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 267
Bak kata mamangan: “Kataruih badan kahilang, kasuruik
badan kok malu”. Kondisi simalakamo ini di baca oleh
pimpinan APRI. Maka dengan bijak demi menyelamatkan
bangsa, atas nama Pemerintah Pusat, Jenderal AH Nasution
mengajukan tawaran rekonsiliasi. PRRI dianggap sebagai anak
tersesat, Jakarta menghimbau agar “Kembali Kepangkuan Ibu
Pertiwi”. Berdasarkan pertimbangan militer dan politik,
himbauan ini diterima. Pimpinan perang PRRI
menginstruksikan agar pasukan meletakkan senjata. Yang
menarik adalah tawaran kompensasi dari Pemerintah bahwa:
Bagi anggota TNI dan POLRI silahkan kembali ke induk
pasukan masing-masing dengan penurunan pangkat beberapa
tingkat. Yang dari sipil kembali ke masyarakat. Yang berasal
dari tentara pelajar di kemanakan?
D. NASIB TENTARA PELAJAR
Tahun 1961 perang usai. Anak yang tersesat sudah
kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi melalui proses skrinning
yang ketat, anggota TNI/Polri kembali ke barak, para
sukarelawan memulai hidup baru. Bagaimana dengan unsur
yang berasal dari Pelajar? Sekarang mereka merasa berada
dipangkuan ibu Tiri menggapai tak tahu arah. Tak ada pihak
yang peduli dengan nasib mereka.
Perang fisik usai, perang psikologis berkecamuk. Kembali
ke bangku sekolah sudah tak mungkin. Sejak prolog PRRI
sampai menjadi umpan peluru hingga ditiup pluit panjang
tanda berhenti main, mereka kehilangan umur 3 (tiga) tahun.
Anak-anak SMP/SMEP/SGB dan SMA ex “pejuang” ini
termangu di persimpangan frustasi, begitu juga dengan para
pelajar yang tak terlibat lansung di medan perang. Sebab
238
Yus Dt. Parpatih