Page 263 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 263
Ada lagi gejala lain yang juga kurang difahami. Bahwa
dibeberapa warung nasi milik orang dari daerah tertentu,
gemar memajang foto beberapa almarhum guru Agama
panutan. Diantaranya gambar seorang Ulama terkenal dari
Sungai Sariak, Pariaman, bernama Syekh Tuanku Salih. Juga
tidak faham maksudnya apa. Mungkinkah untuk penglaris atau
sekedar pengundang perhatian pengunjung atau tanda
kecintaan. Hanya mereka yang tahu. Waallu a’ lain.
B. PENGECUALIAN
Tadi diterangkan bahwa sebagai masyarakat Egaliter,
Minangkabau tidak mengenal pembatasan martabat manusia.
Semuanya duduk sama rendah tegak sama tinggi. Tapi ada
pengecualian. Di daerah Pariaman sistem ini tidak berlaku. Di
sana kedudukan manusia mempunyai tingkat-tingkat derajat.
Menurut Adat mereka, ada 4 (empat) golongan yang
menunjukkan kelasnya. Hal itu dicirikan oleh gelar keturunan
dari pihak Bapak bukan dari Mamak lazimnya Adat
Minangkabau. Tapi aturan ini hanya berlaku bagi kaum laki-
laki saja yaitu gelar-gelar sebagai berikut:
1. Sidi
Inilah golongan VIP, golongan paling tinggi. Dalam dunia
perbesanan uang jemputan mereka cukup mahal. Orang
berebut menjadikan menantu atau rang sumando dengan
mengharap keturunannya yang bergengsi. Istilah Sidi Badariak
(tulen) ialah Ayah dan Ibunya keturunan Sidi. Kabarnya gelar
Sidi ini bernasab dari pemimpin Agama dari kata Sayyidina.
2. Bagindo
Ini keturunan raja-raja, golongan bangsawan berdarah
biru Baginda Raja. Kedudukannya setingkat di bawah Sidi, tapi
234
Yus Dt. Parpatih