Page 273 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 273
masing punya uang sisa RP 50, pas buat ongkos bus.
Bagaimana kalau 2x nyambung. Semua bingung, perut sudah
keroncongan.
Tiba-tiba si BA dapat ide. Dia beli koran Rp50, Bukanny a
dibaca tapi dilipat lalu pergi ke tempat ramai. Dia cari 3 buah
tutup botol dan sebuah kerikil sebesar biji jagung. Sampai di
sana dia bentang koran lalu bercerita tentang permainan baru
yang mendatangkan rejeki. Dengan lincah, tiga tutup botol di
geser-geser. Entah bagaimana caranya sulit diikuti mata.
Disuruh tebak, mana yang berisi dia yang menang. Harga
pasangan Rp100, uang langsung terima. Penonton mulai
tertarik. Masing-masing memasang. Permainan mulai. Putaran
pertama bandar yang menang. “Buat modal” kata si BA dalam
hati. Putaran kedua sengaja pemasang dimenangkan. Ini
pancingan. Putaran ketiga dan seterusnya punya bandar. Orang
pada heran. Mau protes memang sah balik kandang. Tapi
banyak juga yang penasaran, mereka pasang iebih banyak.
Tetap saja kalah. Sambil menggerutu satu persatu orang pergi.
Si BA melipat koran, jalan entah kemana.
Tiba-tiba beliau muncul di bangku terminal, mencongkel-
congkel gigi sambil merokok. Melihat ini si Kasar terheran-
heran. “Si Padang ini sudah makan, dari mana dia dapat duit.
Nampakku tadi dia beli koran. Pulang-pulang sudah makan,
hebat kawan ini” pikirnya. Lewat tukang koran, dia beli
Bagaimana caranya dapat uang? Mikir sebentar kemudian
senyum. Koran ia gulung hingga sebesar salung dia pergi ke
tempat ramai.
Dalam berdesakan dikaitnya pulpen orang pakai gulungan
koran. Jalan lagi, “sysyiut”. Disambar gagang kacamata yang
tergantung disaku baju. Dapat! Dijual, laku Rp. 400 Dengan
hasil jerih payah digasak makan ke Wateg. Kembali ke terminal
244
Yus Dt. Parpatih