Page 62 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 62
Dt. Kt : Rupanya otakmu sudah beku terlalu dingin, Datuk.
Dt. Pp : Itu hanya siasat Tuan!
Dt. Kt : Omong kosong! Pikiran gila tak masuk akal.
Dt. Pp : Dengar dulu!
Dt. Kt: Parang!!! IKO KATO PILIHAN DEN. Harga mati (Dari
“kato pilihan” itulah asal kata KOTO PILIANG)
Dt. Pp: Adiknya menjawab: NAN BUDI CANDO IKO Tuan.
Dari kata “budi cando iko” itulah awalnya kata BUDI CANIAGO
(akal budi = siasat).
Sementara itu datanglah Ibunya, Puti Endah Julito (Puti)
melerai
Puti : Sudahlah, anak-anakku. Dari tadi Bundo mendengar
orang bertengkar, bukan berunding. Apa begini caranya Datuk-
Datuk bermusyawarah? Musuh sudah dibalik dapur kalian
malah bakaruak arang. Mengalah kalian salah seorang supaya
bengkalai cepat selesai. (hening sejenak)
Dt. Kt : Baiklah Bundo. Aku mengalah. Ku titipkan
Minangkabau padamu, dik. Ku restui jalan pikiranmu. Izinkan
kami berjalan jauh.
Sepekan sesudah itu, Dt. Katumanggungan beserta
keluarga dan pengawal pergi menuju arah Selatan. Pergi untuk
udak kembali lagi. Di satu tempat dalam pesawangan, beliau
pakuak (bacok) sebatang Durian sambil berucap “Tinggalah
engkau Minangkabau indak den jalang jalang lai”. Daerah itu
bernama Tanjung Simalidu perbatasan dengan Jambi, itulah
dia yang disebut Durian Ditakuak Rajo.
Dua purnama kemudian, prosesi perkawinan
Adityawarman dengan Puti Jamilan, adik seibu seayah Dt.
Parpatian dilangsungkan. Selanjutnya panglima itu bermaksud
mendirikan Istana Kerajaan di Pariangan Padang Panjang.
Melalui rayuan maut Permaisuri dapat di cegah. Berdatang
Menyingkap Wajah 33
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya