Page 58 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 58
mudik Sungai Batang Kampar. Sampai dipersimpangan sungai
menempuh Kampar Kiri, terus kehulu sungai, Kemudian ke
hulu lagi tiba di suatu daerah yang kini bernama Mahek dalam
kecamatan Bukit Barisan.
Di sini bermukim dan berkembang beberapa generasi,
dalam perkembangan selanjutnya menyebar ke seantero
Payakumbuah Utara, selanjutnya ke Luhak Limapuluh Kota,
Luhak Agam dan Tanah Datar. Demikian perkiraan antropolog,
konon petualang yang sampai di Mahek tersebut berasal dari
sekitar negeri Vietnam dan Kambay bersuku Dongson. Dilihat
kepada postur tubuh dan warna kulit memang ada kemiripan
dengan bangsa Minangkabau.
Ada satu indikasi lain yang menguatkan pendapat ini,
bahwa sampai sekarang di wilayah Payakumbuah Utara
(mudiak) banyak ditemui Menhir yang orang di sana
mengatakannya batu tagak. Yaitu batu pahatan dengan tinggi
bervariasi antara satu meter, hingga dua meter tertanam di
sekitar perumahan penduduk. Berbentuk agak lancip pipih
dan sedikit miring mengarah ke Gunung Sago. Benda-benda itu
banyak terdapat di daerah Guguak, Balubuih, Sungai Talang
dan lain-lain. Menurut Amir M.S dalam bukunya Tonggak Tuo
Minangkabau, pada tahun 1932 pernah seorang peneliti
bangsa Belanda menggali bawah batu tersebut, memastikan
bahwa keberadaan Menhir tersebut adalah Nisan kuburan
Purbakala. Nisan seperti itu ditemui di sekitar Vietnam. Ini
sebuah teori yang membenarkan bahwa memang ada
hubungan budaya antara Minangkabau dan Asia Tenggara.
Selain itu, tentang nama negeri Mahek konon nama sebuah
kawasan di sana, Mahat. Tapi orang Minang menyebutnya
Maek berasal dari kata “mamahek”. Artinya kampung orang
tukang memahat batu untuk Menhir.
Menyingkap Wajah 29
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya