Page 65 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 65
ada tapi tidak berwujud, keberadaannya hanya bisa dipahami
secara batiniyah bukan lewat pancaindra. Begitulah adanya
dengan kata “agama” tidak kacau,”asusila”tidak bermoral dan
“atheis” tidak bertuhan.
Pendapat kedua mengatakan bahwa adat berasal dari
bahasa Arab. “Adat” maknanya ialah suatu cara atau kebiasaan
yang tumbuh dan hidup dalam suatu masyarakat. Agaknya
kedua pendapat tersebut dapat diterima karena memenuhi
hakikat pengertian Adat itu sendiri.
Siapapun tahu bahwa Sanskerta bukanlah milik
Minangkabau. Sebelum Islam masuk orang Minang sudah
beradat. Lantas timbul pertanyaan,” Sebelum datangnya
bahasa-bahasa asing, kata apa yang dipakai orang minang
untuk menyudutkan adat itu?”. Istilah yang mereka pakai ialah
“buek”, bahwa adat itu hasil kesepakatan yang diundangkan.
Itulah dia buek atau buatan atau aturan yang wajib dipatuhi.
Orang yang melanggar adat lazim disebut mamacah buek.
B. PEMBAGIAN ADAT
Para cendikiawan Minangkabau sepakat membagi adat itu
kepada empat kategori. Yaitu Adat Nan Sabana Adat, Adat Nan
Diadatkan, Adat Nan Teradatkan, dan Adat istiadat :
1. Adat Nan Sabana Adat
Ialah aturan yang berlaku secara universal diamalkan oleh
setiap lapisan masyarakat lintas budaya, lintas ruang dan
waktu dia merupakan sifat dasar manusia (naluriyah) atau
disebut Sunatullah siapapun orangnya, dimana dan kapan saja,
padanya berlaku kesamaan aturan. Umpama: Laki-laki
berkehendak kepada perempuan dan perempuan
menginginkan laki-laki. Dalam hal ini dikesampingkan
golongan LGBT sebab tabiat itu diluar martabat manusia
36
Yus Dt. Parpatih