Page 68 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 68
Setelah dipertimbangkan, keinginan mereka dipenuhi orang
tua. (Adat Nan Sabana Adat)
b. Umumnya di Minangkabau yang melamar adalah pihak
perempuan. Pihak pelamar yang berbeda suku manjalang
(bersilaturrahim) pada keluarga besar pihak terlamar. Setelah
melalui perundingan-perundingan, kedua belah pihak
melakukan prosedur pertunangan, lamaran diterima. Semua
urusan ditangani oleh keluarga besar masing-masing. Kedua
calon mempelai tidak aktif dalam pelaksanaan, kecuali
persiapan yang bersifat pribadi. (Adat
Nan Diadatkan)
c. Pada prosesi perkawinan, Marapulai dijemput oleh
pihak Anak Daro ke rumah orang tuannya. Jemputan ini punya
persyaratan yang wajib ditunaikan, tanpa itu si Marapulai
tidak berkenan datang. Disinilah ditemui Adat Salingka Nagari.
Mengenai syarat jemputan, adakalanya cukup dengan siriah
saja dalam carano. Tapi di satu daerah lain dengan sejumlah
uang tunai. Di tempat lain lagi satu stel baju jas, ada juga
disertai dengan barang-barang pusaka. Sebaliknya di daerah
lain malah Marapulai yang harus menyerahkan seperangkat
perabot rumah, namanya panibo. Disinilah dibutuhkan
mufakat antar kedua belah pihak untuk mencari solusi
perdamaian. (Adat Nan Teradat)
d. Setelah dijemput, Marapulai dalam kostum
kebesarannya diarak ke rumah Anak Daro. Para pengiringnnya
dimeriahkan oleh group kesenian dengan bunyi-bunyian
seperti Tabua Tansa, Rebana, Talempong, Pupuik Batang Padi,
Talempong Pacik dan lain-lain. Semua dalam pakaian dan
atribut serba indah berwana-warni. Sampai di atas rumah
sudah ditunggu oleh Anak Daro beserta kerabatnya. Antara
lain makan bajamba (makan bersama) dengan menu
Menyingkap Wajah 39
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya