Page 93 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 93
Pohon enau atau anau dimanapun ia tumbuh akan menjadi
milik semua orang atau bersama, namun jika ia tumbuh dan di
batangnya tersandar sebuah tangga maka hal ini berarti
bahwa pohon enau tersebut merupakan milik seseorang atau
disebut dengan Anau Basigai. Anau Basigai tersebut
ditamsilkan sebagai seorang perempuan yang telah bersuami,
maka tidak boleh lagi di panjat untuk menggambil buahnya
atau direbahkan untuk mengambil ijuknya. Jika seorang
Panghulu mengganggu atau menodai seorang perempuan yang
telah bersuami, maka Anau Basigai tersebut telah digagai
(diganggu) oleh Panghulu, maka tidak ada alasan untuk
memaafkan Panghulu tersebut.
c. Tapaman di Pincuran Puti
Dahulu pemandian bagi para putri-putri raja disebut
dengan Pincuran Puti, pemandian ini khusus untuk putri-putri
raja saja dan terlarang dimasuki oleh siapapun. Yang dimaksud
dengan Pincuran Puti disini adalah perempuan sekaum atau
sepersukuan dan tidak boleh dikawini. Apalagi jika aturan ini
dilanggar oleh seorang Panghulu sebagai pucuk pimpinan
adat, hal ini berarti ia telah melakukan pekerjaan tercela,
sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.
9. Pemberhentian Seorang Panghulu
Seorang Paghulu memangku jabatannya dalam jangka
waktu yang tak terbatas, tidak ada periode sebagaimana
lazimnya kepemimpinan satu organisasi atau lembaga. Namun
ada kondisi tertentu yang membatasi masa tugasnya.
Ada empat masalah yang sudah dibakukan oleh aturan adat:
a. Mati Batungkek Budi
64
Yus Dt. Parpatih