Page 15 - Teaching Factory Pada Sekolah Menengah Kejuruan - La Resi
P. 15
(instrument) dan metode dalam menentukan kebenaran dilakukan dengan
eksperimen.
Mazhab Pragmatisme juga dapat dipahami dalam tinjauan metafisis,
epistemologis dan aksiologis.
1. Metafisis Pragmatisme
Dalam pandangan pragmatisme realitas merupakan pandangan yang
tidak menetap dan cenderung berubah-ubah sehingga perubahan
pemahaman tentang realitas juga sangat diperlukan. Transformasi
dalam memahami realitas juga dibutuhkan. Mengingat realitas ini terus
berubah, maka realitas tak pernah lengkap atau tak pemah selesai.
Sebab itu, tujuan akhir realitas pun berada bersama perubahan tersebut.
Jadi menurut penganut Pragmatisme, "hanya realitas fisik yang ada,
teori umum tentang realitas tidak mungkin dan tidak diperlukan" (Edward
J. Power, 1982).
2. Epistemologis Pragmatisme
Para filsuf mazhab Pragmatisme memandang manusia berada dalam
dunia yang dia persepsikan dan dari dunia yang ia persepsikan. Apapun
dapat diketahui melalui pengalaman, sedang cara-cara memperoleh
pengetahuan mengandalkan metode ilmiah atau metode sains seperti
yang disarankan oleh John Dewey. Pengalaman terhadap fenomena
menentukan pengetahuan karena ia terus menerus berubah, sehingga
pengetahuan dan kebenaran tentang fenomena pun juga mungkin
berubah. Apapun itu, kebenaran pada hari ini perlu dipertimbangkan
mungkin esok hari akan berubah (Callahan and Clark, 1983).
Menurut filsuf mazhab pragmatisme, pengetahuan seharusnya dapat
diverifikasi dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Yang
menjadi kriteria kebenarannya adalah work ability, satisfaction, and
7