Page 48 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 48
47 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
“Ilmu tidak bisa dikuasai dengan bersantai-santai".
Dalam hadits yang lain juga disebutkan bawa :
“Surga dikelilingi hal-hal yang tidak menyenangkan".
Dalam sebuah syi'ir dikatakan bahwa :
Padahal madu harus diperoleh setelah disengat lebah # Engkau menghendaki keluhuran
dengan harga murah
Imam Syafi'i berkata : “Kewajiban bagi orang yang berilmu, adalah menyampaikan ilmu yang
ia miliki sekuat kemampuanya untuk memperbanyak ilmu, sabar terhadap segala rintangan
dalam belajar, selalu di dasari dengan niat yang ikhlas ketika ia menggapai sebuah ilmu, baik
itu berupa nash (al Qur’an dan Al Hadits) atau dalam istinbath hukum, mengambil dalil sebuah
hukum berdasarkan syara, selalu berharap pertolongan Allah dalam mencari ilmu.
Nabi Muhammad Saw telah bersabda:
“Semangatlah kamu dalam mencari hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan
kepada Allah SWT"
Kesembilanbelas, mengambil pelajaran dan hikmah apapun dari setiap orang tanpa membeda-
bedakan status, baik itu berupa jabatan, nasab, umur dan persoalan yang lainya. Bahkan ia
harus selalu menerima hikmah itu dimanapun ia berada, karena sesugguhnya hikmah itu adalah
ibarat harta benda orang mukmin yang hilang, yang diambilnya dimanapun ia menemukannya.
Sa'ad bin Jubair berkata, seorang lelaki selalu mendapat sebutan orang yang alim selama ia
berusaha untuk belajar, namun apabila ia meninggalkan belajar dan menyangka bahwa is
adalah orang yang tidak membutuhkan ilmu, maka sebenarnya is adalah orang yang paling
bodoh . Sebagian orang-orang arab membacakan sebuah syi'ir yang berbunyi :
Kebutaan total itu berdiam diri atas kebodohan # Bukan kabutaan/kebodohan selama bertanya,
sesungguhnya