Page 52 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 52

51   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               menjaga sikap dengan baik, tenang, berwibawa, tawadlu' dan khusu' sambil duduk bersila atau

               duduk di atas kursi dengan baik dan sopan.


               Hendaknya  seorang  guru  menjaga  dirinya  dari  hal-hal  yang  mengurangi  kewibawaannya,
               seperti duduk berdesakan dengan yang lain, mempermainkan kedua tangannya, memasukan

               deriji  yang  satu  dengan  deriji  yang  lain,  mengitarkan  pandangan  pada  hal-hal  yang  tidak

               penting dengan mempermainkan kedua bola matanya tampa hajat


               Selain itu hendaknya seorang guru menjauhkan dirinya dari bersenda gurau dan sering tertawa,
               karena hal itu mengurangi kewibawaan dan menjatuhkan harga dan martabat seorang guru.



               Guru hendaknya tidak mengajar di waktu perut dalam keadaan lapar, haus dan dahaga. Juga
               tidak saat marah, cemas, ngantuk ataupun di waktu panas dan dingin yang berlebihan.


               Di samping itu guru hendaknya duduk dengan menampakkan dirinya supaya bisa dilihat oleh

               para santrinya, murid, dan para hadirin supaya mereka memuliakan seorang guru yang berilmu,
               tua,  kebagusannya,  dan  kemuliaannya,  serta  memuliakan  dan  mengutamakannya  untuk

               dijadikan sebagai imam shalat. Di samping itu harus berbuat dan berkata-kata dengan bahasa

               yang lemah lembut terhadap orang lain dan menghormati mereka dengan ucapan yang baik,
               menampakkan wajah yang berseri-seri dan penghormatan yang sangat luar biasa.


               Guru  hendaknya  berdiri  untuk  menghormati  para  pemimpin  islam  sebagai  ungkapan  rasa

               penghormatan,  dan  melihat  kepada  para  hadirin  dengan  tujuan  untuk  menghormati  ala

               kadarnya saja, terlebih lagi terhadap orang yang mengajak bicara dan bertanya tentang sesuatu
               kepadanya,  mereka  semua  harus  didengarkan  dengan  penuh  perhatian  dan  konsentrasi

               meskipun mereka orang-orang yang masih belia atau bermartabat rendah, apabila hal seperti
               itu tidak di lakukan oleh seorang guru maka ia telah menampakkan perilaku dan perbuatan

               orang orang yang sombong.


               Guru sebelum memulai mengajar, hendaknya dimulai dengan membaca ayat Al Qur’an sebagai

               tabarrukan (mengharap barakah) untuk kebaikan dirinya sendiri, para santri, orang yang hadir,
               kaum  muslimin,  dan  mereka  yang  membantu  kesuksesan  pendidikan,  seperti  orang  yang

               memberikan  wagaf,  (kalau  memang  ada  orang  yang  memberikan  wagaf  dan  sebagainya).
               Kemudian di susi dengan membaca ta'awwudz, basmalah, hamdalah, shalawat pada nabi dan
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57