Page 57 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 57
56 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
Seseorang tidak diperkenankan mengajar, jika dia tidak memiliki kualifikasi sebagai pengajar.
Tidak menyebutkan satu materi yang tidak dikuasai, sebab sedemikian itu merupakan tindakan
yang mempermainkan agama dan melecehkan orang lain. Rasulullah Saw bersabda:
“Seseorang yang mengenyangkan diri dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, maka
seakan-akan dia mengenakan pakaian kepalsuan dan kebohongan.”
Diriwayatkan dari sebagian ulama bahwa, “Barangsiapa yang terburu-buru tampil sebelum tiba
saatnya, maka dia sedang menyambut datangnya kehinaan baginya." Imam Abu Hanifah
berkata, "Siapa orang mengejar kepemimpinan sebelum waktu yang tepat datang, maka dia
senantiasa menanggung kehinaan seumur hidupnya.”
Kerusakan terkecil yang ditimbulkan oleh pengajar yang tidak berkompeten adalah para hadirin
tidak akan menemukan jalan tengah yang adil saat mereka berbeda pendapat, sebab orang yang
mengelola majelis itu pun tidak tahu mana yang benar yang patut dibela dan mana yang salah
yang harus diluruskan.
Pernah diberitakan kepada Imam Abu Hanifah bahwa di masjid ada kumpulan orang yang
sedang berdiskusi tentang fikih. Abu Hanifah pun bertanya, “Apakah ada yang memimpin
diskusi itu?" Dijawab, "Tidak". Abu Hanifah pun berkata, “Mereka tidak akan pernah
menemukan pemahaman.”
Sebagian ulama memberi ulasan tentang pengajar yang tidak layak mengajar:
“Banyak orang nekad lagi bodoh yang maju untuk mengajar: supaya dia disebut-sebut sebagai
orang yang fagih dan guru:
Adalah hak bagi orang alim untuk meneladani: (kisah) sebuah keluarga kuno yang terkenal di
mana-mana,
Mereka telah tergelincir dalam kesalahan yang sedemiktan nyata: sehingga diibaratkan bahwa
orang-orang yang bangkrut pun bahkan berani menawar harga mereka.”