Page 60 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 60
59 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
memberi wasiat (wejangan) dengan perkara-perkara yang bagus dan atas hukum-hukum
syari'at.
Keempat, hendaknya mempermudah para santri menyampaikan materi dengan semudah
mungkin dalam pengajarannya. Dan dengan tutur kata yang lembut dalam memberi
kepahaman, apalagi santri itu keluarga sendiri. Oleh karena semua itu hanya untuk kebaikan
tata krama dan bagusnya pencarian asas kaidah dan menjaga dari hal-hal yang langka. Dan
tidak boleh menyimpan (menyembunyikan) bila ditanyai sesuatu karena itu adalah bagian dari
dirinya, karena terkadang hal-hal tersebut membingungkan dan membuat bimbang hati, dan
berpalingnya hati dan menyebabkan kegelisahan / kegusaran. Demikian juga jangan
menyampaikan sesuatu yang bukan bidangnya karena itu dapat membekukan hati dan dengan
kefahaman. Apabila santrinya bertanya sesuatu dari hal tersebut dan tidak menjawab dan tidak
memberitahunya maka akan membahayakan dirinya sendiri dan tidak bermanfaat apabila dia
(guru) mencegah hal tersebut dari pada santri bukan karena bakhil (pelit) tapi karena kasih
akung dan karena hanya menyayanginya, kemudian menyukai hal tersebut dalam bersungguh-
sungguh dan karena untuk mendapatkan sesuatu yang disukai atau yang lain. Imam Bukhori
sungguh-sungguh telah mengatakan dalam kitab “Ar-Robbani” bahwasanya beliau dalam hal
mendidik manusia dengan semudah-mudahnya (kecilnya) ilmu sebelum mengajarkan kepada
mereka yang (besar) yang sulit.
Kelima, guru hendaknya bersungguh-sungguh dalam pengajaran dan memberi kepahaman
pada santri dengan mencurahkan daya upaya dan menjelaskan materi walaupun hanya
mendekati arti tidak berlebihan dan bukan memberatkan hati dan yang melampaui batas-batas
hafalan. Dan menjelaskan sesuatu yang dimana ibarat hati menjadi terhenti karena telah
mengerti arti tersebut. Dan mencari-cari hitungan seberapa dia telah mengulang-ulangi.
Pertama-tama dengan menjelaskan gambaran masalah-masalah kemudian memberikan
keterangan dengan sesuatu contoh dan menyebutkan dalil-dalil yang berhubungan dengan itu
dan meringkas dalam pemberian gambaran beberapa contoh dan membuat perumpamaan
(contoh) bagi yang belum menguasai materi (belum ahli) untuk kepahaman dalam mencerna
(mengambil) contoh-contoh dan dalil-dalilnya. Dan menyebutkan dalil dan mengambil dalil
dari orang yang mempunyainya. Dan menerangkan kepada santri yaitu makna (arti) yang samar
hikmahnya. Dan alasan-alasan dan sesuatu yang berkaitan dengan masalah tersebut berupa
asalnya maupun cabangnya. Dan dari salah sangka dalam masalah tersebut hukum,
pengecualian (pemecahan masalah) dan memindah ibarat (perumpamaan) yang baik cara