Page 50 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 50
49 Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
Yang paling utama adalah hendaknya memprioritaskan sesuatu yang manfaatnya lebih umum
sehingga bisa untuk dinikmati oleh orang lain, disamping itu sangat dibutuhkan oleh
masyarakat luas.
Dalam membuat karya tulis, hendaknya jangan terlalu memperpanjang pembahasan sehingga
menimbulkan kebosanan terhadap orang yang membaca, tidak terlalu pendek sehingga
subsatansinya tidak bisa dimengerti yang membaca, dan selalu menyerahkan, memberikan
karya tulisnya yang layak, pantas untuk diberikan kepada orang lain. Jangan sampai
memberikan karya tulis tersebut sebelum diteliti, di telaah, dan di tashih dengan baik.
Sebagian orang pada zaman sekarang ada yang menolak karya baik berupa karangan maupun
hasil kumpulan, meskipun itu karya dari orang yang jelas-jelas ahli dan dikenal keluasan
ilmunya. Tidak ada dasar dari penolakan itu kecuali hanya akan menimbulkan persaingan di
antara orang-orang yang berilmu. Orang yang menorehkan tinta di atas kertas untuk menulis
apa yang dia kehendaki, syair, cerita yang diperbolehkan atau apapun bentuknya, tidak ada
yang menolak karyanya. Apalagi kalau ada yang menulis tentang ilmu syariat dan ilmu-ilmu
alatnya yang jelas berguna, maka tentu semestinya tidak ditolak.
Adapun orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni menulis sesuatu, maka
penolakan terhadap karyanya harus dilakukan karena karya itu mengandung kebodohan dan
penipuan terhadap orang yang mempelajarinya. Lagipula penulis karya dusta itu hanya akan
membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak dikuasainya, dan dia telah meninggalkan
upaya untuk memperkuat keahliannya yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu sebelum
menulis karangan.