Page 34 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 34

meletakkan  saya  dalam  posisi  duduk  di  lantai.  Ia
            memandangi saya.

            “A…apa..mau kamu?” tanya saya sekali lagi.

            Tangan kanannya menyentuh soket penyambung instalasi
            pipa itu, dan mereka membuka seketika. Sambil menatap
            saya kembali, sosok itu mengeluarkan sebuah benda dari
            tangan kirinya, dan disodorkannya kepada saya. Sebuah
            pemantik api!

            Sejenak  saya  memandangi  sosok  itu,  mencoba
            memahami  makna  di  balik  kedua  mata  besarnya  yang
            berwarna merah. Semakin saya melihatnya, memori saya
            seolah kembali menghantui saya, gambar demi gambar
            serta episode demi episode dalam kehidupan saya yang
            terlupakan.

            “Sekarang  kamu  bisa  mendengarkan  saya  berbicara,”
            kata sosok itu. Saya terkejut mendengarnya.

            “Kamu bisa berbicara?”

            “Ya,  setelah  lama  kamu  mengabaikan  saya,  mencoba
            meyakinkan  diri kamu sendiri bahwa semuanya normal,
            dan kalau saya hanya imajinasi kamu,” katanya.

            “Tapi kamu siapa?” tanya saya dengan keheranan.

            “Saya? Saya adalah wujud kebencian kamu, rasa marah
            kamu.  Ah,  kalau-kalau  kamu  lupa,  di  lain  waktu  saya
            pernah datang dalam wujud kupu-kupu yang kamu kagumi

                                     32
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39