Page 42 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 42
“Sekarang zaman edan, To. Siapa sih, yang tidak butuh
uang, bahkan mau berbuat apa saja demi uang,” komentar
Sardi.
“Saya tidak bisa melakukan itu seperti kamu, Di,” kata
saya sambil menundukkan kepala.
“Melacur tidak mau, mencuri pun ogah sendiri.
Memangnya kalau kamu kerja, bisa dapat uang banyak
sebelum akhir bulan ini, To? Berapa banyak lagi sisa
hutang kamu?”
“Masih sekitar dua puluh jutaan, Di…sisa tabunganku saja
hanya lima ratus ribu…”
“Edan! Dulu bukannya kamu hanya pinjam lima juta buat
ongkos anakmu di rumah sakit, To?”
“Terus berbunga, Di. Gara-gara bolos kerja beberapa hari
karena urus anakku, bos memecat saya. Alasannya saya
tidak komitmen dalam pekerjaan dan contoh buruk untuk
pegawai lainnya. Katanya saya tidak menghargai dia
sebagai pimpinan di perusahaannya…”
“Dan sejak itu, kamu selalu lari dikejar-kejar debt
collector?” tanya Sardi.
“Saya hanya di kontrakan kalau makan dan tidur, Di…Istri
saya tidak berbicara lagi dengan saya sejak beberapa
bulan terakhir. Sekarang saya bekerja serabutan, apa
saja, asal bisa sedikit memberikan uang beras ke
mereka…”
40

