Page 43 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 43
“Nih,” kata Sardi sambil menyodorkan puntung rokoknya
yang masih menyala kepada saya.
“Untuk apa?” tanya saya sambil memegang puntung rokok
itu.
“Biar stress kamu sedikit terobati,” katanya.
Dengan sedikit ragu, saya mendekatkan puntung rokok itu
ke bibir saya, menghisap pangkalnya yang berwarna
kuning. Satu, dua detik. Lalu saya menghembuskan asap
keluar dari mulut, diikuti batuk kecil.
Sardi tertawa melihat saya. “Dasar culun!”
“Terima kasih, Di,” kata saya.
“Untuk apa, To?” tanya Sardi keheranan.
“Ya, karena kamu mau mendengarkan saya,”
“Yang betul, karena saya punya waktu untuk
mendengarkan kamu, To,” katanya sambil merangkulkan
tangannya ke pundak saya. “Kita kan sahabat sejak kecil,
To,”
“Kalau bisa tangan kamu tidak di pundakku, Di,” kata saya
sambil menepis tangannya.
“Kalau kamu kasih dua ratus ribu, saya bisa….” Katanya
sambil memasang ekspresi wajah aneh, seperti penuh
napsu.
41