Page 46 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 46

Nama  istri  saya  adalah  Leni,  pernikahan  kami  telah
            bertahan selama lima tahun, empat bulan dan tiga belas
            hari. Karena berbeda suku, hubungan kami ditentang, tapi
            kami berkeras untuk bertahan, atas nama cinta. Ya, cinta
            yang  boleh  jadi  diagungkan  oleh  semua  orang  yang
            merasakannya,    yang   sanggup    membuat    kamu
            mengorbankan banyak hal demi satu orang.

            Saya masih ingat ketika saya tidak bisa tidur karena dia
            sedang sakit, sedangkan orang tuanya mengurung dia di
            kamarnya,  agar  tidak  bertemu  dengan  saya.  Dengan
            segala  cara,  saya  memperjuangkan  hubungan  kami,
            hingga di satu titik, saya nekat mengajak dia kawin lari. Dia
            pun  tidak  berpikir  panjang,  hanya  mengangguk,
            mengiyakan,  dan  berbekal  tabungan  seadanya,  kami
            melangkah bersama.

            Lantas  mungkin  kamu  akan  bertanya  bagaimana  kami
            menikah?  Di  negeri  ini,  semua  bisa  diatur.  Dengan
            berbekal  beberapa  kenalan,  kami  mengatur  sebuah
            pernikahan sah di catatan sipil, membuat kesan seolah-
            olah  kami  sama-sama  yatim  piatu,  dan  pada  akhirnya,
            dinikahkan, hitam di atas putih. Total kerusakan dompet
            hanya  sekitar  empat  lembar  kertas  merah,  alias  empat
            ratus ribu. Seperti kata Sardi, apa sih yang tidak bisa dibeli
            dengan uang?

            “Hari ini saya dapat sedikit uang, dari hasil kerja bersih-
            bersih di apartemen besar di sebelah kompleks kita. Kamu
            tidak  perlu  cemas  soal  bayar  uang  kontrakan  bulan  ini,
            mas,”  katanya  sambil  sesekali  membelai  kepala  si
            Buyung.


                                     44
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51