Page 51 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 51
“Saya punya ide yang bisa menyelamatkan kamu, To!”
kata Sardi sambil duduk bersila di atas lantai, tepat di
hadapan saya.
Dilihatnya wajah Leni yang tampak sedikit sembab.
“Kalian tidak sedang begituan pas saya ketuk pintu tadi,
kan?” katanya sambil menggoda.
Leni membalas dengan tatapan sinis. Selama ini memang
istriku tidak terlalu suka dengan Sardi. Alasannya
sederhana, menurut Leni, Sardi ini terlihat seperti pemakai
narkoba, dan kadang sedikit kemayu. Takut saya tertular,
kata Leni pada suatu kesempatan. Tapi pada akhirnya,
Leni selalu bisa memaklumi, bahwa Sardi adalah sahabat
karibku satu-satunya, sejak kecil. Saya justru pernah
menyangka, tampang Sardi mungkin mirip mantan
pacarnya dulu.
“Ide apa, Di?” tanya saya.
“Tadi lepas magrib, dalam perjalanan pulang ke kontrakan
saya di lorong sebelah, To, saya berpapasan dengan
seorang bapak berpakaian rapi, jas abu-abu dengan
kemeja putih dan dasi hitam loreng. Saya tidak sengaja
mencuri dengar percakapannya dengan seseorang di
handphone. Bapak itu sedang menunggu jemputan
supirnya,” kata Sardi.
“Mainanmu sekarang bapak-bapak lagi, Di? Bosan
dengan anak sekolahan?” sindir Leni.
49