Page 48 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 48
“Kamu gak mengerti perempuan, mas. Inem ditinggal
pergi suaminya yang kawin dengan perempuan lain, cuma
gara-gara tidak bisa kasih keturunan. Tentu adanya si
Buyung justru memancing nalurinya sebagai ibu, mas. Ya
disyukuri toh, saya juga harus pergi kerja, siapa yang bisa
jagain anak kita,” kata Leni sambil merapikan piring saya
yang kini kosong, beranjak membawanya ke dapur
belakang untuk dicuci.
Saya hanya diam mendengarkan perkataan Leni tadi. Si
Buyung kembali mendekati saya, dijatuhkannya
badannya, berbaring di atas pangkuan saya.
“Len, pasti kamu ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan
ke saya,”
Dia tidak menyahut. Suasana hening seketika.
“Mas….” Kata Leni sambil berjalan perlahan menghampiri
saya.
“Apa kamu ingin meninggalkan saya, Len? Bosan dengan
kehidupan susah kita?” tanya saya.
“Kenapa berpikir begitu?” dia duduk bersimpuh lutut,
mencubit lengan saya.
“Sakit, Len,” kata saya sambil meringis.
Dia pun menghentikan cubitannya.
46