Page 53 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 53

“Jangan  main  pukul  terus,  mbak  Len!”  katanya  sambil
            menangkis.

            “Dengarkan  dulu  saya  bicara  sampai  selesai!”  katanya
            memohon.

            Si  Buyung  tampak  gelisah,  seperti  hendak  menangis,
            mungkin  karena  suara  gaduh  kami.  Leni  kembali  fokus
            membelai-belai  kepala  si  Buyung.  Beberapa  saat,  putra
            kami itu tampak lelap kembali.

            “Kenapa  kamu  bisa  berpikir  saya  mau  jadi  dukun
            gadungan, Di?” tanya saya kepada Sardi.

            “Pertama, karena kamu butuh uang, To. Kedua, karena di
            zaman  secanggih  ini,  orang-orang  tetap  butuh  sesuatu
            yang di luar akal sehatnya, To.


            Mereka butuh sosok seperti kamu, menjadi orang sakti.
            Saya tidak akan menyebut kamu dukun, istilahnya terlalu
            horor!  Kamu  jadi  orang  sakti,  To,  dan  buat  mereka
            percaya.

            Kalau  kamu  mampu  berbohong  dengan  baik,  To,  uang
            mereka  akan  mengalir  lancar  ke  kamu,  mereka  bahkan
            tidak akan berpikir panjang untuk itu!” kata Sardi.

            “Tidak, Di, saya tidak bisa melakukan itu!” kata saya.

            “Kenapa? Takut dosa? Kamu bahkan tidak pernah pergi
            ke tempat ibadah, To!”


                                     51
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58