Page 58 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 58
*
“Permisi, pak Ito,” kata suara itu.
“Iya,” jawab saya sambil melangkah keluar dari pintu
kontrakan, menyambut Sardi yang ditemani seorang laki-
laki berusia separuh baya, sekitar lima puluhan, di
dekatnya ada remaja laki-laki berusia sekitar enam atau
tujuh belas tahun.
“Silakan masuk,” kata saya.
Setelah dipersilakan duduk bersila di atas lantai kontrakan
saya, yang kebetulan keramik berwarna putih polos, Sardi
memandangi saya, mata kanannya sempat berkedip,
memberi isyarat kalau saya harus mulai berbicara.
“Mohon maaf kalau bapak dan adik ini harus duduk di
lantai kamar kontrakan saya yang sederhana ini,” kata
saya.
“Oh, tidak apa-apa, pak Ito,” jawabnya sambil tersenyum.
“Saya, Sabarudin, pak Ito,” kata laki-laki itu sambil
mengulurkan tangannya, saya balas seketika.
“Ini anak saya, Leo,” tunjuknya pada remaja di
sampingnya. Leo menatap saya dengan cuek. “Maafkan
sikap anak saya yang seperti ini….”
“Tidak apa-apa,” kata saya dengan ramah.
56