Page 60 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 60

“Cepat  mendekat  ke  pak  Ito,  Leo!”  kata  pak  Sabarudin
            sambil mendorong anaknya tersebut duduk menghampiri
            saya.

            Dia menurut dengan wajah cemberut.

            Saya mengambil segelas  air mineral  itu,  membuka,  lalu
            meneguknya sedikit, seperti sedang berkumur, kemudian
            saya menyemburkan air dari mulut saya ke arah Leo. Dia
            kaget dan nyaris melompat dari posisinya duduk bersila.

            Leni  segera  mendekat  sambil  menyerahkan  sebuah
            handuk  kecil  kepada  Leo,  sehingga  remaja  itu  bisa
            menyeka wajahnya yang basah.

            Sial!  Kata  saya  dalam  hati.  Sardi  memang  keterlaluan!
            Saya tidak bisa menjadi dukun yang baik, eh, Sardi lebih
            suka menyebutnya dengan panggilan ‘orang sakti’.

            Leo  tampak  hendak  mengumpat,  tapi  pak  Sabarudin
            menegurnya,    menepuk     pundaknya,   memintanya
            menahan diri.

            “Sepertinya cara ini juga tidak mempan, pak Sabarudin,”
            komentar Sardi.

            “Mungkin  guna-gunanya  sudah  terlalu  parah,  kita  harus
            coba cara lain mengusir penyakitnya itu….” Lanjut Sardi
            sambil memandangi saya.

            “Ayah!  Berhenti  memperlakukan  saya  seperti  ini!  Saya
            capek!” kata Leo dengan suara lantang.

                                     58
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65