Page 50 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 50

Tok! Tok! Tok!

            Suara  ketukan  itu  lagi.  Tidak  ada  yang  menyahut  atas
            pertanyaan Leni. Di benak kami ada rasa was-was yang
            sama, ketakutan sambil menebak orang di balik pintu itu.
            Leni  bangkit  berdiri,  berjalan  perlahan  mendekati  pintu
            kamar kontrakan kami.

            Tok! Tok! Tok!

            “Buka pintunya!” kata suara itu.


            Leni  menggeser  grendel  pengancing  daun  pintu,
            memegang  gagang  pintu  ke  bawah,  membiarkan  udara
            dingin  dari  luar  perlahan  masuk,  seiring  membukanya
            pintu.  Lalu  seketika  sosok  itu  mempersilakan  dirinya
            tampil di hadapan kami.


                                     *

            “Jangan  lakukan  hal  menakutkan  seperti  itu  lagi!”  kata
            Leni sambil memukuli lengan sosok itu.

            “Ampun,  mbak  Len,”  kata  laki-laki  itu  sambil  berusaha
            mengelak dari pukulan Leni.

            “Sardi! Ngapain kamu ke sini malam begini?” tanya saya
            sambil memindahkan perlahan si Buyung dari pangkuan
            saya.

            Leni segera menutup pintu, lalu duduk kembali di dekat
            saya, sambil melihati putra kami yang tertidur lelap.

                                     48
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55