Page 136 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 136

Bu Purwo adalah perempuan tua dengan sifatnya yang arogan, culas, memiliki rasa

                        iri dan dengki terhadap diri Myrna.
                             Myrna  kerap  kali  tak  habis  pikir  dengan  tabiat  Bu  Purwo  yang  suka

                        mencelanya dengan melontarkan kata-kata tak manusiawi pada dirinya. Melalui

                        pelabelan gender yang dilontarkan Bu Purwao pada Myrna, sekali waktu tak bisa
                        membendung  lagi  struktur  id-nya,  misalnya  pada  kalimat  …  Myrna  mundur,

                        mengalahkan kegusaran yang sedang diganggu ini dengan bersikap menahan diri.
                        Dia  buka  pintu.  Dia  masuk.  Dia  tutup  kembali  pintu  itu  dengan  setengah

                        membanting (Sylado, 2002, hlm. 18). Namun pada dasarnya superego Myrna lebih

                        banyak menguasai dirinya. Misalnya sekali waktu sempat dihina dan dicaci dengan
                        sebutan perempuan malam oleh Bu Purwo karena pembayaran rumah kos yang

                        tepat waktu, Myrna berusaha meyakinkan Bu Purwo dengan sikap tenang. “Sudah
                        lah, Bu,” katanya dengan nada tinggi yang ditahan. “Jangan bicara yang tidak-

                        tidak. Urusan utang  piutang  kita selesaikan. Tapi  tidak usah  dicampuradukkan
                        dengan lain-lain (Sylado, 2002, hlm. 38-39).

                             Setelah omelan demi omelan meluncur dari mulut Bu Purwo terhadap Myrna,

                        akhirnya Myrna terpaksa pindah ke rumah Sinta, adik Andriono. Myrna beserta
                        kedua  anaknya  yang  bernama  Kartika  dan  Satria  sudah  menyerah  dalam

                        menghadapi sikap dan perilaku Bu Purwo. Terutama pada setiap menagih sewa, Bu
                        Purwao  tidak  menghargai  mereka.  Namun  Bu  Purwo  sejak  suatu  hari  tak  bisa

                        melupakan  sakit  hatinya  pada  Myrna.  Dengan  struktur  ego-nya,  Myrna

                        mempemalukan  Bu  Purwo  dengan  cara  membayar  sewa  kost  tepat  waktu  dan
                        menyentil  dengan  perkataan  melalui  teks  “Terimakasih,”  kata  Myrna.  “Bulan

                        depan,  saya  janji,  tidak  akan  terlambat  lagi,  apalagi  sampai  menyusahkan
                        Ibu.”(Sylado,  2002,  hlm.  40).Kemudian  Myrna  langsung  menyatakan  pada  Bu

                        Purwo bahwa pada hari itu juga dirinya dan kedua anaknya akan pindah dari tempat

                        itu  dengan  menyatakan,  Siang  ini  saya  sedang  menunggu  truk  yang  akan
                        mengangkut barang-barang saya.” (Sylado, 2002, hlm. 40). Barang-barang Myrna

                        sudah  dikemas  rapi  dan  langsung  diangkut  oleh  mobiltruk  yang  dipesan  Sinta.
                        Persoalan yang dialami Myrna ini dalam perspektif feminisme adalah korban dari







                                                                                                    130
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141