Page 149 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 149
agar tetap waras dalam menjalani kehidupan yang keras di belantara Jakarta.
Meskipun belasan tahun berada di Jakarta, Myrna sebagai pribadi yang taat
berusaha tetap dekat dengan Sang Khalik. Banyak yang menilai bahwa Myrna
masih muda dan cantik, meskipun sudah melewati kepala tiga. Tampilan Myrna
selalu cantik karena pandai merawat dan merias diri. Ditunjang dengan
kemampuannya dalam bernyanyi yang sudah terasah sejak bayi, Myrna memiliki
perpaduan harmonis di antara penampilan fisik dengan talentanya. Sosok Myrna
telah membuat Luc Sondakh, duda beranak satu dan berprofesi dosen akhirnya
jatuh cinta pada Myrna. Dalam penilain Luc, Myrna adalah perempuan cantik yang
multi talenta dan memiliki sifat keibuan yang nyata. Perjumpaan Luc dengan Myrna
membuat Luc mulai menemukan kembali gairah dalam hidupnya setelah kematian
istrinya. Myrna dalah sosok perempuan yang mampu mengelola emosi serta
perasaannya saat menghadapi persoalan sesulit apapun. Sebagai perempuan
berpembawaan tenang dan kalem telah tertanam pendidikan moral dari kedua orang
tuanya. Tak heran jika Myrna merupakan sosok janda yang memiliki sikap terjaga
dan kolot. Myrna juga mampu membedakan suatu perbuatan di antara baik dan
buruk atau benar dan salah.
Bedasarkan perspektif feminisme, tokoh prempuan bernama Myrna berasal
dari masyarakat kelas bawah. Dalam hidupnya yang menjanda, Myrna banyak
menghadapi perlakuan yang tidak adil baik dari masyarakat sekitar maupun dari
sistem. Ketidakadilan yang dirasakan Myrna adalah dalam bentuk pelabelan gender
dari masyarakat beserta tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh sistem.
Myrna juga sebagai sosok perempuan yang menolak budaya patriarkhi dalam
bentuk perjodohan yang dilakukan kedua orang tuanya kepada Winata. Melihat
persoalan-persoalan gender yang dihadapi tokoh Myrna, maka novel ini dapat dikaji
dengan kritik feminis ideologis (Djajanegara, 2003). Sementara ragam tindakan
sewenang-wenang oleh penguasa terhadap masyarakat lemah dapat dikaji dengan
kritik feminis tranformasi gender (Fakih, 2013). Melihat pada upaya Remy Sylado
yang memunculkan berbagai persoalan gender, maka Remy dapat dikategorikan
sebagai pengarang profeminis yang cenderung beraliran feminis radikal. Pada
143