Page 152 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 152

Pengarang menyoroti kembali awal mula kehidupan Telaga Pidada yang pada

                        sat remaja masih berkasta Brahmana. Selanjutnya pengarang mengalihkan ke cerita
                        tentang ibu Telaga Pidada yang bernama Ni Luh Sekar atau Jero Kenanga yang

                        pada saat remaja masih berkasta Sudra. Pergantiannama dari nama Ni Luh Sekar

                        menjadi Jero Kenanga setelah dinikasi Ida Bagus Ngurah Pidada yang berasal dari
                        kasta  Brahmana.  Pada  akhir  cerita  novel  ini,  dikisahkan  Telaga  Pidada  sudah

                        menjadi  janda  dari  lelaki  Sudra  bernama  Wayan  Sasmita  yang  kematiannya
                        berlangsung  secara  mendadak,  dan  tidak  diketahui  apa  penyebabnya.  Meskipun

                        sudah  menjadi  janda,  Telaga  dalam  truktur  superego  di  dalam  dirinya  telah

                        menerima pilihan hidup dan takdirnya menjadi masyarakat berkasta Sudra.
                             Struktur id Telaga hadir dalam prolog cerita yang menggambarkan kondisi

                        batinnya. Sebagai perempuan yang terlahir dari keluarga bangsawan Brahmana,
                        dirinya  menhadapi  tekanan  mental  yang  cukup  kuat,  apalagi  setelah  menjalani

                        kehidupannya menjadi masyarakat berkasta Sudra. Dirinya menemukan kehidupan
                        yang  sebelumnya  tak  terbayangkan,  suatu  kehidupan  yang  keras  dan  sangat

                        sederhana  dengan  kondisi  serba  sulit.  Telaga  sempat  merasa  bersalah  pada

                        keputusannya  menikah  dengan  Wayan,  dan  menjadikan  hidupnya  terbuang  dari
                        masyarakat  Brahmana.  Namun  berdasarkan  struktur  ego-nya  Telaga  menggugat

                        aturan-aturan adat  atas perbedaan kasta yang selama ini menjadi  belenggu  bagi
                        dirinya  dan  kaum  perempuan  Bali  lainnya.  Menjadi  perempuan  Sudra  atau

                        Brahmana  bukanlah  pilihannya.  Adapun  realisasi  atas  kejujuran  hatinya  adalah

                        Telaga merasa Wayan adalah lelaki pilihan untuk hidupnya Superego Telaga telah
                        meyakinkan dirinya bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir dari

                        Hyang Widhi-nya.   Dalam hal  ini, persoalan Telaga membebaskan dirinya dari
                        diskriminasi  kasta  sebagai  kajian  kritik  sasatra  feminis  ideologis  (Djajanegara,

                        2003), yakni kaum perempuan kasta Brahmana yang kemudian dianggap sebagai

                        warga kasta terendah karena menikah dengan lelaki kasta Sudra.
                             Ida  Ayu  Telaga  Pidada  sebagai  tokoh  utama  dalam  novel  Tarian  Bumi

                        memiliki wajah yang cantik, bertalenta seni, ramah, sederhana, rendah hati, cerdas,
                        dermawan, jujur, teguh pada pendirian, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Telaga







                                                                                                    146
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157