Page 153 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 153
juga sosok perempuan berjiwa feminis yang berani besuara terhadap belenggu adat
patriarkhi kasta dan diskriminasi kasta yang diangggapnya tidak relevan lagi
dengan situasi jaman. Jero Kenanga atau Ni Luh Sekar adalah ibu Telaga, sosok
perempuan yang kuat, mandiri, ambisius, dan memiliki harga diri yang melebihi
bangsawan asli. Ketika sebelum kawin dengan Ida Bagus Ngurah Pidada, Sekar
adalah seorang penari Bali ternama dari masyarakat kasta Sudra. Sekar pernah
melayani cinta sahabatnya yang berorientasi seksual menyimpang, yaitu Ni Luh
Kenten. Mereka adalah teman bermain sejak kecil, kemudian setelah dewasa saling
menyatakan perasaannya. Meskipun pada akhirnya Kenten merelakan Sekar
dinikahi Ida Bagus Ngurah Pidada, yaitu lelaki Brahmana yang menjadi tujuan
Sekar. Kenten mengetahui bahwa sejak kecil Sekar selalu mengeluh tentang
penderitaannya karena keluarganya sangat miskin. Terutama setelah ayahnya
tersangkut G-30-SPKI, hidup Sekar semakin tersiksa dengan harus menanggung
malu dari masyarakat sekitarnya. Setelah dewasa, Sekar mendambakan kehidupan
yang lebih baik dan sejahtera. Kenten tahu, jika Sekar berambisi ke arah itu. Sekar
ingin mengankat derajat dirinya di mata masyarakat. Dengan atas dasar cinta
akhirnya Kenten merelakan Sekar menikah dengan laki-laki keturunan bangsawan
itu. Dengan demikian, terangkat sudah derajat Sekar dalam masyarakat. Kemudian
namanya berganti dengan gelar Jero, yaitu Jero Kenanga. Persoalan sosial ini
termasuk dalam pembahasan kritik feminis lesbian (Djajanegara, 2003).
Namun setelah menjadi bagian dari masyarakat kalangan bangsawan
Brahmana, Kenanga mulai egois. Demi meninggikan karat kebangsawanannya,
Kenanga kerapkali bersikap otoriter pada Telaga yang mengharuskannya
mendapatkan suami dari kalangan Brahmana. Struktur id seketika muncul dalam
diri Telaga yang merasa kesal di saat ibunya kerapkali menasihatinya dengan
8
aturan-aturan perempuan bangsawan yang harus ditaati Telaga. Misalnya, “Tugeg
harus jadi perempuan paling cantik di Griya ini. Tugeg adalah harapan Meme.
Pada Tugeg, Meme menyerahkan hidup. Makanya Tugeg harus bisa jaga diri.
Tugeg harus…” (2007, hlm. 10).
147