Page 222 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 222

mabukkan serta bermain perempuan di Distrik Yar. Harta adat mahar untuk Irewa

                        dijualnya satu persatu demi kepuasan dan kesenangan Malom. Irewa sebagai istri
                        kerapkali  menjadi  pelampiasan  amarah  Malom.  Perubahan-perubahan  paa  diri

                        malom tersebut dalam pandangan Irewa sebagai bagian ari adanya perubahan sosial

                        di masyarakatnya sebagaiaman pada teks berikut.
                             Perubahan  di  Distrik  Yar  dan  sekitarnya  juga  memengaruhi  kehidupan
                             malom. Malom lebih sering menghabiskan waktunya di Distrik Yar. ... Malom
                             memang tak kerja. Tapi ia punya uang ari hasil menjual tanah (Herliany,
                             2015, hlm. 151).

                        Sekali waktu pula Irewa pernah dipukuli oleh Malom hingga tersungkur. Tak habis
                        itu,  Irewa  masih  ditendangnya  berkali-kali.  Pasalnya  karena  Irewa  memperoleh

                        bahan makanan dari ladang hanya berupa ubi jalar (betatas) kecil-kecil. Malom

                        marah besar ketika Irewa menjawab pertanyaan Malom dengan perkataan, “bahan
                        makanan tidak datang dengan sendirinya, tetapi semunya itu harus diusahakan

                        (2015,  hlm.  138).”  Kemarahan  Malom  disebabkan  jawaban  Irewa  yang  seperti
                        menyindir  dirinya  yang  tidak  pernah  bekerja  untuk  memperoleh  makanan  bagi

                        keluarganya. Karena orang-orang Papua yang masih memegang adat dan tradisi
                        yang menyatakan bahwa tugas laki-laki hanya berburu dan berperang.  Meskipun

                        bersuamikan Malom yang berperangai buruk, kebaikan Irewa semakin terpancar.

                        Banyak  dukungan  ditujukan  buat  Irewa  dari  orang-orang  yang  mencintainya,
                        seperti Mama Kame, Jingi Pigay, dan Meage yang diam-diam masih menanyakan

                        kabar  tentang  Irewa  kepada  Jingi.  Kondisi  Irewa  yang  ditindas  Malom  terus-

                        menerus  dengan  berbagai  hal,  menandaskan  bahwa  Irewa  berada  dalam
                        ketidakadilan gender yang menurut Fakih (2013) sebagai wujud  manifestasi gender

                        dan kekerasan. Ini juga merupakan bagian dari kajian feminis ideologis di mana
                        perempuan dicitrakan sebagai mahluk lemah secara fisik dalam pandangan laki-

                        laki. Apabila hegemoni suami yang berbicara atas perintah kemudian istri menolak,
                        maka yang terjadi adalah kekerasan fisik pada perempuan.

                             Irewa mulai  menjalani  berbagai aktivitas  dan  masih  menjadi  istri Malom.

                        Sementara Malom kian jarang berada di rumah karena mulai memiliki gaya hidup








                                                                                                    216
   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227