Page 219 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 219
Irewa sudah diberitahu sebelumnya oleh Mama Fos bahwa ia akan
dikawinkan dengan Malom. Sekarang, Irewa diberitahu mamaya sendiri
tentang hal itu dengan lebih jelas. Ia menangis dan menanyakan tentang
Meage. Mama Kame tidak bisa menjawab karena Meage hilang setelah
peperangan besar itu. …
Setelah terjadi penculikan pada Irewa, perang pun kembali terjadi antara
suku Aitubu dan Hobone. Sejak dulu kedua suku itu sudah berlangganan perang.
Permasalahan silsilah sejarah yang menjadikan kedua suku yang masih bersaudara
itu menjadi musuh bebuyutan.
Suku Hobone akhirnya mengajukan Irewa agar menjadi Yonimatau juru
damai bagi kedua pihak yang berperang. Maka, terjadilah kesepakan di antara dua
suku itu. Dalam struktur ego-nya Irewa menolak menjadi Yonim. Sambil menangis
Irewa berkata di hadapan Mama Kame, “Mama mengatakan perempuan bisa
menolak laki-laki yang tidak ia cintai? (2015, hlm. 52)”Irewa menggugat
pernyataan yang pernah disampaikan Mama Kame. Ditambah lagi Irewa sudah
memiliki tunangan yang sangat dicintainya, yaitu Meage Aromba. Mereka berdua
telah berencana untuk segera menikah. Tetapi ibu Irewa, yaitu Mama Kame
mengingatkan bahwa Irewa sudah ditetapkan oleh kedua belah pihak yang
berperang sebagai Yonim, dan tidak bisa melawan kekuatan dalam dirinya karena
hal itu sudah menjadi hukum adat. Suku Aitubu dan Hobone akhirnya memutuskan
untuk tidak lagi melakukan peperangan sejak ditetapkannya Irewa menjadi Yonim,
yakni sebagai juru damai dalam peperangan antara dua suku. Tekanan hukum adat
patriarkhi terhadap diri Irewa yang menolak menjadi Yonim, dalam cerita ini
mengambarkan danya unsur feminis radikal (Fakih, 2013).
Setelah ditasbihkan sebagai Yonim, Irewa menikah dengan Malom. Irewa
mulai dibebani banyak tanggung jawab sebagai istri Malom. Misalnya Irewa harus
mulai melakukan tugasnya sebagai istri yaitu berkebun, mencari makan,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, merawat babi-babi, melahirkan, menyusui
dan mengasuh anak (Herliany, 2015, hlm. 63 -73). Irewa merasakan begitu berat
213