Page 214 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 214

rumah,  dan  berbagai  perlakuan  yang  tidak  manusiawi  lainnya.  Dahulu  kala,

                        Ahmadiyah  di  Indonesia  bukan  merupakan  sebuah  persoalan,  namun  seiring
                        berjalannya  waktu  kelompok  Ahmadiyah  menjadi  sebuah  persoalan  besar  bagi

                        masyarakat  Indonesia  yang  mayoritas  beragama  Islam  dan  mengakui  hanya

                        Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul yang terakhir. Namun jika dilihat dari sisi
                        permasalahan  sosil  dan  kemanusiaan,  maka  ketidakadilan  sosial  yang  dihadapi

                        jemaah Ahmadiyah dalam novel ini pantas dikaji dengan kritik feminis transformasi
                        gender (Fakih, 2013).

                             Pada novel Maryam masih terdapat data-data teks bermuatan feminisme yang

                        bisa dikaji dengan kritik feminis ideologis. Misalnya, sistem budaya patriarki yang
                        diperlihatkan  dalam  bentuk  perjodohan  yang  sudah  membudaya  di  kalangan

                        Ahmadiyah.  Kemudian  sosok  Maryam  yang  tegas  dan  berani  dalam
                        memperjuangkan jemaah Amadiyah mendapatkan perlindungan dan keamanan dari

                        pemerintah. Seperti juga tujuan kritik sastra feminis ideologis yang salah satunya
                        adalah  mengungkap  tentang  citra  tokoh  perempuan  dalam  sebuah  cerita

                        (Djajanegara,  2003).  Novel  ini,  juga  menggambarkan  tentang  adanya  tindak

                        kekerasan  pada  suatu  kelompok  minoritas,  yaitu  kaum  Ahmadiyah  yang
                        didalamnya  terdiri  atas  kaum  laki-laki,  perempuan,  dan  anak-anak.  Keberanian

                        Maryam  pada  saat  berhadapan  dengan  Gubernur,  menunjukkan  bahwa  dalam
                        dirinya memiliki jiwa feminis. Gerakan Maryam bersama kelompok Ahmadiyah

                        dalam memperjuangkan hak-hak dan nasib mereka untuk memperoleh ketenangan

                        dalam  beribadah  berdasarkan  keyakinan  mereka.  Persoalan  sosial  dan  konflik
                        agama dalam cerita novel ini pantas untuk dikaji dengan feminisme transformasi

                        gender (Fakih, 2013).
                             Beberapa  gambaran  sikap  Maryam  menunjukkan  adanya  fluktuasi  emosi

                        pada  dirinya  ketika  menghadapi  berbagai  peristiwa  dramatis  dalam  hidupnya.

                        Novel Maryam juga ditulis oleh seorang pengarang perempuan, Okky Madasari
                        dengan kemampuannya yang hebat demi menguras emosi pembaca. Oleh karena

                        itu, novel ini pantas dikaji dengan ginokritik (Showalter, 2013). Jika ginokrotik
                        mengkaji novel ini, maka model tulisan perempuan dan psikologi perempuan sangat







                                                                                                    208
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219