Page 27 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 27
feminis itu bukan sebuah ‘pendekatan’ dalam arti bahwa teori ini merupakan
terapan jenis-jenis teori yang lain.”
Kritik sastra feminis merupakan teori masa kini yang tidak termasuk ke dalam
diagram teori-teori pokok sastra seperti romantik, marxis, formalistik,
fenomenologis (orientasi pembaca), dan strukturalis. Perlu diketahui bahwa tidak
ada salah satupun contoh dari feminisme, poststrukturalisme, postmodernisme,
postkolonialisme, gay, dan lesbian atau queer theory yang pernah dibahas dengan
teori-teori pokok sasatra tersebut (Selden, Widdowson, dan Brooker, 2005).
Feminisme tidak termasuk dalam skema pendekatan-pendekatan pokok sastra,
sebagaimana Hekman berpendapat bahwa feminisme dapat melaksanakan
analisisnya secara menyeluruh terhadap pendekatan-pendekatan sastra dengan
aspek-aspek yang mendasar dari sebuah teori kritik masa kini (Gamble, 2006).
Teori feminisme bisa diterapkan dalam karya sastra manakala mengungkap
tafsiran-tafsiran feminisme yang terdapat dalam bingkai pendekatan sastra seperti
pendekatan struktural, pendektan sosiologi sastra, pendekatan psikologi sastra,
beserta pendekatan sastra lainnya (Selden, 2005).
Menurut Rosemarie Tong (Ratna, 2010) bahwa pada umumnya feminis dapat
dibedakan menjadi tiga periode.
1. Periode awal, diperkirakan muncul pada tahun 1800-an yang dikaitkan dengan
peristiwa revolusi Prancis (1789). Pada periode ini terdapat tiga aliran; a) feminis
liberal, b) feminis radikal, dan c) feminis sosialis dan marxis.
2. Periode kedua, dimulai pada tahun 1960-an dengan memunculkan dua aliran.
a) Feminis eksistensialis, mempersoalkan sekaligus menolak keberadaan
perempuan semata-mata mengasuh anak. Kemudian Simone de Beauvoir
memberi pendapat kaum perempuan selama ini telah terkungkung imanensi
laki-laki yang telah mengklaim kualitas atas transendensi mereka sendiri
(Thornham, 2010, hlm. 47).
b) Feminis gynocentric, dengan konsentrasi perbedaan antara laki-laki dan
perempuan.
21