Page 54 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 54

dimarginalisasikan,  disubordinasikan,  dan  direndahkan  oleh  kebudayaan  yang

                        dominan dalam berbagai bidang kehidupan (Sujarwa, 2019).
                             Melihat perkembangan sejarah feminisme dalam karya sastra, pada awalnya

                        kaum perempuan (pengarang atau pembaca), selalu menganggap ada yang keliru

                        dalam  dirinya  sebagai  perempuan.  Mereka  merasakan  adanya  pengekangan,
                        pelemahan, dan subordinasi dalam banyak hal. Pernyatan-pernyataan tersebut telah

                        menimbulkan polemik tak berkesudahan di antara para pemikir perempuan dan para
                        pemikir  laki-laki.  Ditambah  dengan  permasalahan  yang  ditimbulkan  oleh  teori

                        Freud  tentang  ‘Kecemburuan  Zakar’.  Hal-hal  demikian  membuat  para  pemikir

                        perempuan bersikap alergi terhadap teori Freud yang dianggapnya selalu bersifat
                        maskulin serta rumit, dan masih banyak alasan lainnya. Kemunculan Lacan dan

                        Derida dalam Pasca-Strukturalis yang menolak tentang kebenaran maskulin selama
                        itu, telah membawa angin bagi para feminis, sehingga banyak di antara mereka

                        mulai  menyusun  teori  yang  sejiwa  dan  sejalan  dengan  pengalaman  perempuan.
                        Situasi ini banyak melahirkan para pemikir feminis seperti Kate Millet dan Michele

                        Barrett sebagai tokoh feminisme politis. Kemudian ada Elaine Showalter, Virginia

                        Woolf, dan Mary Elmann sebagai para feminis tokoh Ginokritik. Berikutnya Juliet
                        Mitchel, Jacques Lacan, Julia Kristeva, dan Helene Cixous adalah para pencetus

                        teori kritik feminis Perancis (Selden, 1991).
                             Kate Millet dan Michele Barrett adalah dua tokoh feminisme modern yang

                        berkecimpung  dalam  feminisme  politis.  Millet  juga  memperkenalkan  tentang

                        istilah patriarkhi yang menilai kaum perempuan harkatnya di bawah kaum laki-laki
                        serta memperlakukan perempuan sebagai mahluk yang lemah (inferior). Banyak

                        para penulis perempuan di kala itu yang memuat cerita bersifat emosional dengan
                        tujuan  untuk  menyadarkan  perempuan  atas  situasi-situasi  yang  telah  merugikan

                        mereka (Selden, 1991, hlm. 139).

                             Elaine Showalter dalam A Literature of Their Own, memperkenalkan hasil
                        karya  para  penulis  perempuan  dari  daratan  Inggris  dalam  sudut  pandang

                        perempuan.  Kajiannya  pada  karya-karya  sastra  penulis  perempuan,  membuat
                        Showalter memiliki pandangan lain tentang adanya upaya pengungkapan citra diri







                                                                                                     48
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59