Page 71 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 71
mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan menjadi generasi muda saat
ini yang memiliki jati diri yang kuat. Wuriyanto berpendapat (2018, hlm. 24)
bahwa, “literasi sastra merupakan dimensi literasi bidang kajian yang memiliki
cakupan pemberdayaan Masyarakat Baca dalam mencintai sastra agar nilai-nilai
etika, estetika, dan moral terabsorsi secara luas.” Oleh arena itu, pembelajaran
sastra di pergururan tinggi pada saat ini sebaiknya difokuskan pada pembelajaran
literasi membaca karya sastra novel.
Situasi pandemi Covid 19 pada awal tahun 2000 telah memaksa para pendidik
di seluruh jenjang pendidikan untuk melaksanakan strategi pendidikan jarak jauh.
Begitu pula dengan tantangan era revolusi indstri 4.0 yang telah memaksa kepada
para pendidik untuk melaksankan strategi pembelajaran berbasis teknologi
informasi. Di era pandemi yang telah berlangsung dan dalam era revolusi industri
ini, pembelajaran di pergururan tinggi sudah harus menyesuaikan dengan kondisi
tersebut. Oleh karena itu, penggunaan media digital dianggap lebih relevan dengan
sistem pembelajaran masa kini.
Menurut Smaldino, Lowther, Russel (2012, hlm. 14)), “teknologi dan media
bisa berperan banyak untuk belajar. Jika pengajarannya berpusat pada guru,
teknologi dan media digunakan untuk mendukung penyajian pengajaran. Di sisi
lain, apabila pengajaran berpusat pada siswa, para siswa merupakan pengguna
utama teknologi dan media.” Berangkat dari pendapat Smaldino pada pembelajaran
literasi sastra feminis dalam mata kuliah kajian prosa fiksi melalui produk
penelitian ini yang berupa buku pengetahuan dan pengayaan citra diri tokoh
perempuan dan kajian struktural dalam novel Angkatan 2000, mahasiswa tentu
dapat mengaksesnya dengan menggunakan teknologi media digital. Selain itu,
penggunaan teknologi informasi digital diyakini selaras dengan sistem
pembelajaran kampus merdeka. Sistem ini bertujuan untuk pembelajaran yang lebih
fleksibel dan bersifat otonomi kampus, sehingga mampu menciptakan budaya
belajar yang kreatif, inovatif, dan berpihak pada kebutuhan mahasiswa
(https://dikti.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2020/05/Buku-Panduan-).
65