Page 73 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 73
BAB 5
Citra Diri Tokoh Perempuan dalam Tujuh Karya Novel Terbaik Angkatan
2000
Citra diri perempuan adalah citra diri manusia sebagai bagian dari konsep
diri. Menurut Rakhmat (2018) citra diri terdiri atas komponen kognitif yang disebut
dengan citra diri (self image) dan komponen afektif yang disebut dengan harga diri
(self esteem). Sementara Brooks (1974, hlm. 40), mendefinisikan konsep diri
sebagai “those physical, social, and psycologycal perceptions of ourselves that we
have drived from experiences and our interaction with other” [“persepsi tentang
fisik, sosial, dan psikis diri kita yang didorong atas pengalaman kita berinteraksi
dengan orang lain”]. Konsep diri yang diutarakan Brooks itu memiliki kemiripan
dengan konsep diri yang diperkenalkan oleh Brown (1998) bahwannya konsep diri
adalah self knowledge. Pernyataan Brown tentang self knowledge juga memiliki
kesamaan dengan yang diterangkan oleh Rakhmat mengenai citra diri manusia.
Oleh karena itu, citra diri manusia yang disebut Brook sebagai konsep diri dan oleh
Rakhmat sebagai citra diri (self image), pada dasarnya tetap sama dengan apa yang
dikatakan oleh Brown sebagai self knowledge. Pada intinya ketiga ahli tersebut
telah memberikan pengertian yang serupa tentang konsep citra diri manusia. Hanya
yang membedakanya adalah pemberian istilah citra diri manusia dari masing-
masing ahli. Namun, pernyataan Brown lebih lengkap dalam mendeskripsikan citra
diri manusia berdasarkan aspek fisik, social, dan psikis. Begitu pula dengan Satoto
(1994) yang menyatakan bahwa citra tokoh perempuan dalam karya sastra novel
yang dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri fisik, sosial, dan psikis.
Tujuh karya novel Angkatan 2000 yang dikaji dalam tulisan ini adalah karya
fiksi yang bersifat serius dan bukan karya fiksi popular. Karya fiksi popular atau
novel popular tidak akan selamanya bisa dinikmati oleh pembacanya karena
ceritanya hanya belandaskan pada karakter dan situasi pada saat novel itu dibuat,
sehingga bisa dinikmati hanya pada masanya. Sedangkan fiksi serius atau novel
67