Page 90 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 90
merasa gentar, karena rombongan para lelaki yang masuk ke hutan belum juga
kembali.
Ketika Wiss meminta Ibu Argani untuk mengambil Upi di kerangkengannya
agar bisa disatukan dengan kelompok ibu dan anak kecil di langgar, tiba-tiba
terdengar suara rem kendaraan mobil dengan suara derit yang sangat keras di depan
langgar. Dari dalamnya turun lima orang yang bermuka dingin dan menyeramkan
dengan berseragam lars di kaki mereka. Mereka datang dengan tiga jip dan sebuah
mobil bak terbuka. Salah satunya mencoba menerobos ke dalam langgar dan
kemudian ditahan Wis. “Tolong jangan ganggu ibu-ibu dan anak kecil (1998, hlm.
101).” Pinta Wis kepada orang itu yang tak digubrisnya.
Setelah dialog menegangkan antara Wis dengan lelaki yang memasuki
langgar tanpa membuka larsnya tak membuahkan hasil, tiba-tiba api mengepul
mulai dari rumah asap, kemudian merembet ke rumah-rumah lainnya. Wis
berteriak-teriak. Dirinya teringat dengan Upi yang belum diselamatkan dalam
rumahnya. Ketika hendak menyelamatkan Upi karena khawatir kerangkengnya ikut
dibakar, tangan Wis dengan sigap ditangkap oleh orang-orang itu. Wis didorong ke
tanah, dan Wis pun meringis. Tangan Wis langsung diborgol, mulutnya disumpal,
dan matanya ditutup sehelai kain hitam. Mereka menyeret Wis, kemudian tubuhnya
serasa dilempar ke sebuah mobil bak terbuka. Wis mengalami berbagai penyiksaan
selama dalam perjalanan yang entah kemana tujuannya. Ketika mobil yang
ditumpanginya terhenti, dijejaknya tubuh Wis keluar dari mobil, Wis merasakan
jika tengkuknya telah dihantam sesuatu.
Wis baru tersadar jika dirinya menjadi tahanan orang-orang tak dikenal di
suatu tempat yang tak diketahuinya. Gelap, pengap, dan kotor ruangan itu. Selama
empat belas hari dalam penyekapan, setiap harinya Wis tak pernah melewatkan
penyiksaan dari mereka. Dipukul, ditendang, disengat listrik, disundut dengan
rokok, atau dijepit jari tangan oleh penjepit besi agar Wis mengakui bahwa dirinya
adalah oknum yang kerap melakukan provokator pada masyarakat transmigran.
Bahkan mereka telah menuduh Wis sebagai anggota pemberontak yang suka
84