Page 215 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 215

bagian dari emosi transenden.  Di bagian lain istilah ‘emosi transen-
                                      418
            den’ saya pakai untuk menggantikan spiritualitas.
                Kekaguman adalah emosi yang kompleks dan karena itu meli-
            batkan banyak bagian otak.  Serangkaian kegiatan otak terdistribusi
                                    419
            di seluruh otak—termasuk korteks serebral, otak kecil, basil ganglia,
            amigdala, dan otak tengah—bekerja bersama untuk menghasilkan
            rasa kagum yang sangat spesial. Rasa kagum bukan emosi biasa, se-
            perti ketakutan, kegembiraan dan kesedihan yang cukup mudah un-
            tuk digambarkan. Aktivitas saraf yang mengatur pengalaman keindah-
            an sangat berbeda dari yang mengatur pengalaman kekaguman. Pola
            aktivitas otak berbeda pada kedua pengalaman kompleks itu. Peng-
            alaman kekaguman berbeda dengan pengalaman keindahan karena
            masing-masing  melibatkan sistem otak yang terpisah dan berbeda,
            melibatkan rangkaian emosi yang kompleks.  Pengalaman keagung-
                                                   420
            an memiliki nuansa emosi yang sangat kuat.  Threat, beauty, ability,
                                                   421
            virtue dan supernatural adalah emosi kompleks yang membentuk rasa
            kagum.   Dalam dua tahun terakhir banyak riset dilakukan untuk
                   422
                                  423
            menyinak rasa kagum ini.
                Anda cermati bagaimana bangunan-bangunan suci—ketika Anda
            mulai memasukinya—bermula dari ruang kecil (narthex) dan jalanan


            418  L. Bethelmy dan J. A. Corraliza, “Transcendence and Sublime Experience in Na-
              ture,” 509.
            419  J. P. Eberhard, Brain Landscape the Coexistence of Neuroscience and Architecture
              (USA: Oxford University Press, 2009).
            420  J. Haidt, “Elevation and the Positive Psychology of Morality,” dalam Flourishing:
              Positive Psychology and the Life Well-lived, diedit oleh J. Haidt dan C. L. M. Keyes
              (American Psychological Association, 2003), 275–289.
            421  T. Ishizu dan S. Zeki, “A Neurobiological Enquiry into the Origins of Our Expe-
              rience of the Sublime and Beautiful,” Frontiers in Human Neuroscience 8, (2014).
              Doi: 10.3389/fnhum.2014.00891                                  Buku ini tidak diperjualbelikan.
            422  D. Keltner dan J. Haidt, “Approaching Awe, a Moral, Spiritual, and Aes-
              thetic  Emotion,”  Cognition and Emotion  17, (2003):  297–314. https://doi.
              org/10.1080/02699930302297
            423  D. Keltner dan J. Haidt, “Approaching Awe, a Moral, Spiritual, and Aesthetic
              Emotion,” 297–314. Lihat juga (1) K. J. Schneider, “The Resurgence of Awe in
              Psychology: Promise, Hope, and Perils,” The Humanistic Psychologist 45, (2017):
              103–108. https://doi.org/10.1037/hum0000060


           196    Neurosains Spiritual: Hubungan ...
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220