Page 300 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 300

aspek kognitif dan/atau moral kehidupan yang dijalani dengan baik
              dan tidak semata dengan perasaan emosional saja. Eudaimonia pada
              dasarnya berarti kehidupan yang dialami sebagai bermakna dan mena-
              rik. 671
                  Meski secara konseptual, pemrosesan hedonis dan kebermaknaan
              eudaimonik sangat berbeda, secara empiris keduanya dapat ditemukan
              secara bersama-sama pada mereka yang merasakannya. Mereka yang
              berbahagia memiliki skor yang sama untuk keduanya. Artinya, jika se-
              seorang melaporkan dirinya senang secara hedonis maka orang yang
              sama itu juga akan melaporkan kebermaknaan eudaemonia.
                  Dalam sebuah survei kebahagiaan, lebih dari 80% orang menilai
              kepuasan hidup eudaimonik mereka secara keseluruhan sebagai “cuk-
              up untuk sangat bahagia”. 80% juga menilai suasana hedonis mereka
              saat ini sebagai positif (misalnya, positif 6–7 pada skala valensi 10 poin,
              di mana 5 adalah hedonis netral).  Beberapa yang beruntung bahkan
                                          672
              dapat hidup secara konsisten di sekitar titik hedonis 8. Di luar itu,
              Anda mungkin terlalu bahagia. Skor hedonik Anda yang lebih tinggi di
              atas 8 justru dapat menjadi penghalang pencapaian eudaimoni.
                  Kalau misalnya Anda sudah berbahagia di atas rata-rata, apakah
              tingkat kebahagiaan ini membuat Anda lebih efektif mencapai ke-
              suksesan? Dibandingkan mereka yang berada di tingkat lebih rendah.
              Analisis terhadap data survei besar dan data longitudinal menunjukkan
              bahwa orang yang memiliki tingkat kebahagiaan tinggi adalah yang
              paling berhasil dalam hubungan dekat dan pekerjaan sukarela, sedang-
              kan mereka yang memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah ada-
              lah yang paling berhasil dalam hal pendapatan (income), pendidikan,

              dan partisipasi politik. 673


              671  H. L. Urry dkk., “Making a Life Worth Living: Neural Correlates of Well-Being,”  Buku ini tidak diperjualbelikan.
                Psychol Sci 15, no. 6 (2004): 367–372. Doi: 10.1111/j.0956-7976.2004.00686.x
              672  E. Diener dkk., “Benefits of Accounts of Well-Being—For Societies and for Psy-
                chological Science,” Applied Psychology 57 (2008): 37–53. Doi: 10.1111/j.1464-
                0597.2008.00353.x
              673   S. Oishi dkk., “The Optimum Level of Well-Being: Can People Be Too Hap-
                py?”  Perspectives  on Psychological Science 2, no. 4 (2007): 346–360. Doi:
                10.1111/j.1745-6916.2007.00048.x


                                                        Good Nutrition  281
   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305