Page 414 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 414
an memiliki sedikit atau tidak ada hubungan yang bermanfaat dengan
gejala kejiwaan. 941
Keimanan pada Tuhan diikuti dengan keimanan pada hal-hal lain.
Agama Islam, misalnya, memiliki Rukun Iman (Arqanul Iman) yang
merupakan sistematisasi dari sejumlah objek keimanan. Rukun Iman
terdiri dari:
1. Iman kepada Allah;
2. Iman pada utusan (Nabi dan Rasul);
3. Iman pada malaikat;
4. Iman pada kitab suci;
5. Iman pada Hari Akhir (adanya kehidupan setelah mati dan penga-
dilan di akhirat); dan
6. Iman pada putusan baik dan buruk dari Allah (taqdir).
Iman kepada Tuhan dan Memori Autobiografis
‘Tuhan dalam otak manusia’—Tuhan yang dipahami dan menjadi
sumber bagi pikiran dan perilaku orang religius—sangat dipengaruhi
oleh budaya di mana subjek dibesarkan. Faktor budaya ini mem-
perkuat atau ‘mengisi’ otak yang sejak lahir telah membawa sifat-sifat
memercayai sesuatu (sifat otak sebagai belief generating machine). Arti-
nya, religiositas seseorang mendapatkan makna setelah diisi oleh infor-
masi (yang kemudian menjadi memori) yang diperoleh selama proses
perkembangan kejiwaan. Ini terkait dengan perubahan terus menerus
dalam otak (predictive coding).
Perspektif otak prediktif dan otak bayesian—terutama persepsi top
down tentang Tuhan yang diimani—berpengaruh besar dalam upaya
manusia memahami informasi sensorik yang datang dari dunia luar.
Memori yang dibentuk selama perkembangan mental memengaruhi Buku ini tidak diperjualbelikan.
persepsi terhadap dunia. Klaim neurosains memberikan perspektif
yang lebih luas.
941 Flannelly dkk.,
Belief 395