Page 116 - A Man Called Ove
P. 116
Fredrik Backman
yang dulu biasa dilontarkan Ove kepada Sonja, ketika istrinya
itu bertanya-tanya tentang kedua lelaki itu yang tidak bisa
lagi bercakap-cakap secara masuk akal.
Lalu Sonja tidak punya jalan lain kecuali memutar bola
mata sambil bergumam, “Dasar payah.”
Menurut pandangan Ove sendiri, dirinya tidak payah.
Dia hanya merasakan perlunya sedikit keteraturan dalam
rencana yang lebih besar. Dia merasa seseorang tidak boleh
menjalani hidup seakan segalanya bisa saling dipertukarkan.
Seakan kesetiaan tidak ada nilainya.
Sekarang ini, orang begitu sering mengganti barang
mereka sehingga keahlian dalam cara membuat segalanya
awet menjadi tidak berguna. Tak seorang pun peduli lagi
soal kualitas. Juga Rune atau tetangga-tetangga lain, dan juga
para manajer di tempat kerja Ove.
Kini segalanya harus terkomputerisasi, seolah-olah orang
baru bisa membangun rumah ketika konsultan berkemeja
kekecilan mengetahui cara membuka laptop. Seolah itulah
cara yang mereka gunakan dalam membangun Koloseum
dan Piramida Giza. Astaga, mereka berhasil membangun
Menara Eiffel pada 1889. Namun sekarang ini, orang tidak
bisa menghasilkan gambar sialan untuk rumah satu tingkat
tanpa menunggu seseorang agar lebih dulu mengisi ulang
baterai ponsel mereka.
Ini dunia yang penghuninya menjadi ketinggalan zaman
sebelum hidup mereka berakhir. Penduduk di seluruh negeri
berdiri dan menyoraki fakta bahwa tak seorang pun bisa
111